Parapuan.co - Pelecehan seksual merupakan bentuk kekerasan yang perlu diperangi bersama.
Meskipun kasus pelecehan seksual bisa terjadi pada siapa saja, kenyataannya perempuan dan anak-anak masih menjadi korban utamanya.
Misalnya saja kasus pelecehan seksual yang dialami oleh siswi SMK Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Korban yang berinisial EL diduga mengalami pelecehan seksual oleh gurunya sendiri.
Pelecehan yang dialami EL ini diduga berawal ketika pelaku (A) melakukan panggilan video call.
A yang menghubungi EL lewat video call meminta korban untuk membuka pakaian.
Bukan itu saja, beberapa waktu lalu sempat viral kasus pemerkosaan dan pembunuhan gadis penjual gorengan di Padang Pariaman.
Korban yang berinisial NKS ditemukan meninggal dunia dengan dikubur tanpa busana dan tangan diikat.
Setelah diselidiki, sebelum meninggal dunia NKS juga sempat mendapatkan kekerasan dari pelaku yakni IS.
Baca Juga: Jenis Trauma Akibat Kekerasan pada Perempuan dan Cara Mengatasinya
Kawan Puan, kasus pelecehan seksual menjadi momok menakutkan bagi perempuan dan anak-anak.
Meskipun aturan terkait perlindungan dan jerat hukum pelaku sudah dituangkan dalam Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) kenyataan kasus pelecehan dan kekerasan pada perempuan ini masih marak terjadi.
Di sisi lain, pelecehan seksual yang dialami korban juga meninggalkan luka mendalam secara psikologis.
Melansir dari laman Easy Llama, pelecehan seksual memberikan dampak luar biasa untuk kesehatan mental korban.
Salah satu dampak kesehatan mental yang paling umum dari pelecehan seksual adalah Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD.
Kondisi ini kerap membuat korban mengalami masalah pada ingatan, kilas balik peristiwa yang terjadi, mimpi buruk, tekanan emosional.
Situasi ini kerap dipicu oleh memori dari peristiwa traumatis tersebut.
Jika tidak mendapatkan penanganan, seseorang dengan PTSD akibat pelecehan seksual bisa mengalami situasi yang lebih parah.
Seperti kecemasan berlebih hingga mengalami depresi. Korban juga mungkin mengalami penurunan harga diri dan selalu menyalahkan diri sendiri.
Oleh karena itu, penting untuk mendukung korban pelecehan seksual. Dukungan ini bukan hanya diberikan dari pihak keluarga maupun konseling namun juga lingkungan di sekitarnya.
Baca Juga: Mengenal PTSD, Trauma yang Dialami Korban Pelecehan Seksual di KPI
(*)