Film ini tak hanya berfokus pada ketegangan horor, tetapi juga menggali tradisi leluhur Tionghoa.
Patricia Gunadi, Direktur Utama EMI, menekankan bahwa film ini merupakan wujud komitmen EMI dalam memperkenalkan budaya lokal Indonesia kepada audiens yang lebih luas.
“Kami ingin menyuguhkan film yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendalam secara budaya,” jelasnya.
Sinopsis Film Pernikahan Arwah
Cerita Pernikahan Arwah (The Butterfly House) berkisah tentang pasangan Salim (Morgan Oey) dan Tasya (Zulfa Maharani), yang sedang mempersiapkan pernikahan.
Mereka memutuskan untuk memindahkan proses foto prewedding ke rumah keluarga Salim setelah sang bibi, satu-satunya keluarga sedarah baru saja meninggal dunia.
Selain harus mengurus pemakaman bibinya, Salim ternyata harus melanjutkan ritual keluarganya untuk membakar dupa setiap hari di sebuah altar yang misterius atau nyawanya akan terancam.
Kehadiran mereka dan tim foto prewedding di rumah itu membuat arwah leluhur Salim yang meninggal di masa pendudukan Jepang muncul dan meneror mereka.
Baca Juga: Tak Hanya Ketegangan, Film Kuasa Gelap Tampilkan Sisi Spiritual
Tasya tergerak untuk menguak misteri masa lalu dari keluarga Salim untuk bisa menenangkan arwah tersebut, sekaligus membebaskan calon suaminya dari kewajibannya agar mereka bisa pergi dari rumah itu.
Penulis skenario Aldo Swastia menyebutkan bahwa inspirasi cerita ini berasal dari tradisi pernikahan arwah dalam budaya Tionghoa.
“Kombinasi antara horor dan romansa di film ini memberikan dimensi baru yang lebih berlapis dan menarik, menjadikannya lebih dari sekadar film horor biasa,”ungkapnya.
Film ini menjanjikan sensasi horor yang berbeda dengan sentuhan budaya dan kisah cinta tragis yang membalut konflik utama, memberikan pengalaman sinematik yang lebih dalam bagi penonton.
Film ini dijadwalkan tayang di bioskop pada 2025 dan akan terus memberikan update terbaru seputar film melalui akun media sosial Entelekey Media Indonesia.
(*)
Ken Devina