Dermatitis atopik merupakan manifestasi awal dari "atopic march", sebuah progresi alergi yang umumnya dimulai pada masa kanak-kanak.
Anak dengan dermatitis atopik memiliki predisposisi yang lebih tinggi untuk mengembangkan asma dan/atau rinitis alergi di kemudian hari. Oleh karena itu, diagnosis dermatitis atopik pada anak seringkali menjadi indikator potensial adanya gangguan alergi lainnya.
Bagi keluarga dengan riwayat dermatitis atopik, menemukan solusi perawatan kulit yang komprehensif menjadi hal yang sangat krusial.
Sebagai informasi, salah satu penyebab dermatitis atopik adalah kurangnya lapisan lemak pada kulit luar dan kondisi abnormal lapisan pelindung kulit, sehingga alergen dapat masuk ke dalam celah-celah kulit dan memicu munculnya gejala seperti rasa gatal, kemerahan, dan peradangan.
“Melalui penelitian yang dilakukan oleh Mustela, ditemukan bahwa orang dengan Dermatitis Atopik memiliki sejumlah besar bakteri Staphylococcus Aureus yang hidup di kulit mereka," ujar Indira Natalia, Brand Manager Mustela Indonesia.
Bakteri ini tidak hanya bisa menyebabkan infeksi, tetapi juga memicu respon imun yang memicu gejala kemerahan.
Namun ternyata bakteri baik, dapat membunuh bakteri berbahaya pada kulit dan membantu mengobati kondisi ini.
"Idealnya, bakteri baik ini harus terus ditunjang dengan asupan makanan (yang disebut prebiotik) agar bisa berkembang biak dengan baik sehingga jumlahnya cukup untuk bisa menjaga keseimbangan ekosistem mikrobiota pada kulit,” tambahnya.
Baca Juga: ERHA Rilis Perawatan Khusus Penyakit Kulit untuk Bayi hingga Dewasa