Parapuan.co - Stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak masih menjadi masalah yang belum bisa teratasi secara optimal di Indonesia.
Padahal, pemenuhan gizi untuk penanggulangan stunting masuk dalam prioritas pemerintah dengan disusunnya Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting).
Strategi ini bertujuan untuk mempercepat penurunan angka stunting hingga 14% pada tahun 2024 dan meningkatkan status gizi anak dan perempuan di seluruh Indonesia.
Kendati demikian, penurunan angka stunting masih belum sesuai harapan.
Program tersebut dinilai belum mengatasi tiga beban malnutrisi yaitu gizi kurang, defisiensi mikronutrien, dan gizi lebih, sebagaimana temuan Studi South East Asian Nutrition Surveys kedua (SEANUTS II) di Indonesia yang melibatkan 3.000 anak di 21 kabupaten/kota di 15 provinsi.
Selain mendapati masih terjadi triple burden di Indonesia, studi SEANUTS II juga mendapati prevalensi stunting di perkotaan mencapai 20,6 persen dan di pedesaan mencapai 33,6 persen.
Dr. Marudut Sitompul, MPS, Ketua DPP PERSAGI Bidang Ilmiah, dan Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta II, mengatakan bahwa perlunya partisipasi aktif masyarakat untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemenuhan zat gizi yang berkualitas, seperti susu.
“Masyarakat perlu memahami pentingnya berbagai zat gizi yang terdapat di dalam susu yang diperlukan di setiap tahap kehidupan," ujar Dr. Marudut.
Susu merupakan bagian dari berbagai jenis pangan yang terdapat di dalam pedoman gizi seimbang yang disusun oleh pemerintah (Permenkes Nomor 41 tahun 2014) untuk dapat meningkatkan status gizi anak, perempuan, dan keluarga secara keseluruhan.
Baca Juga: Dorong Orang Tua Cegah Malnutrisi Lewat Asupan Gizi Seimbang