Pengobatan TBC tidak hanya bergantung pada pemberian obat-obatan anti-tuberkulosis.
Nutrisi yang adekuat sangat penting untuk mendukung proses penyembuhan.
Selain itu, penggunaan obat-obatan imunostimulan harus dilakukan secara hati-hati dan di bawah pengawasan ketat dokter, mengingat kondisi setiap pasien berbeda-beda.
Pentingnya Obat Peningkat Imun
Dalam penelitiannya, Prof. Raymond Tjandrawinata, seorang Farmakolog Molekuler, telah mengevaluasi efektivitas imunomodulator, khususnya ekstrak tanaman meniran hijau (Phyllanthus niruri), pada pasien tuberkulosis paru.
Hasil uji klinis menunjukkan adanya perbaikan signifikan pada parameter klinis, seperti konversi sputum BTA, serta perbaikan pada gambaran radiologis paru-paru.
Imunomodulator yang telah teruji klinis adalah Stimuno yang dikembangkan secara modern dari tanaman meniran hijau (Phyllanthus niruri).
Selain teruji klinis, Stimuno juga telah masuk Formularium Fitofarmaka yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan.
Stimuno yang dikembangkan oleh PT Dexa Medica memiliki tiga aksi yakni untuk pencegahan, pengobatan kasus, penyembuhan kasus, hingga mencegah agar infeksi tidak menyebar.
Baca Juga: Upaya Indonesia Kembangkan Vaksin TBC dengan Kolaborasi Produsen Vaksin Global
Uji klinik Stimuno terhadap penderita TB paru telah dilakukan oleh beberapa ahli.
Para ahli melakukan uji klinik dengan parameter efikasi yang dilihat dari perbaikan klinik (konversi sputum BTA) serta perbaikan radiologik (foto toraks).
Hasil studi klinik oleh Amin, dkk dilakukan selama enam bulan terapi obat yakni antara kelompok kontrol yang mendapat terapi obat standar TB (Rifampisin, INH, Ethambutol, Pyrazinamid) dan kelompok uji yang mendapat terapi obat standar TB ditambah Stimuno yang dikonsumsi sehari tiga kali.
Setelah 1 minggu terapi, proporsi pasien yang mengalami konversi sputum BTA pada kelompok uji (52.9%) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (39.4%).
“Secara statistik, hal ini menunjukkan tren yang lebih baik ke arah Stimuno dan memiliki dampak klinis yang besar yaitu pasien dengan konversi sputum BTA tidak akan menjadi sumber penularan TB paru ke lingkungannya," ujar Director of Business Development and Scientific Affairs Dexa Group Prof. Raymond Tjandrawinata.
Selain itu, perbaikan imunitas pasien juga terlihat sehingga dapat disimpulkan bahwa Stimuno bekerja secara sinergis dengan terapi obat TB dalam pencapaian eradikasi pathogen.
Lebih lanjut dikatakan Prof Raymond, uji klinis menunjukkan bahwa Stimuno tidak memiliki efek samping secara signifikan pada penggunaan jangka panjang selama 6 bulan.
"Apalagi Stimuno memiliki tiga aksi untuk memperbaiki sistem imun atau triple action yakni membantu memproduksi lebih banyak antibodi, membantu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, dan membantu mengoptimalkan daya tahan tubuh,” tutup Prof. Raymond.
(*)
Baca Juga: Bagaimana Diagnosis TBC pada Anak? Begini Pengobatan Sesuai Jenisnya