MSG pada Makanan: Musuh atau Sahabat? Ahli Bongkar Mispersepsi di Masyarakat

Citra Narada Putri - Kamis, 12 Desember 2024
Ahli bongkar mispersepsi soal MSG dalam makanan.
Ahli bongkar mispersepsi soal MSG dalam makanan. (Gam1983/Getty Images)

Parapuan.coMonosodium glutamat (MSG), atau yang lebih dikenal sebagai micin, telah lama menjadi bahan perdebatan.

Meskipun sering digunakan untuk menambah rasa umami pada makanan, MSG juga sering dikaitkan dengan berbagai efek kesehatan negatif.

Padahal, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 33 Tahun 2012 mengatur tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP), MSG termasuk bahan yang aman digunakan dalam bahan pangan, jika dengan penggunaan yang rasional. 

Untuk meluruskan misinformasi yang beredar di masyarakat soal penggunaan MSG, Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) - yang beranggotakan PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, PT Daesang Ingredients Indonesia, bersama dengan Gerakan Fermentasi Nusantara dan PT Sasa Inti melakukan edukasi penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) dalam makanan (11/12).

"Kegiatan edukasi ini bertujuan untuk meluruskan anggapan negatif mengenai MSG," ujar Satria Gentur Pinandita - Ketua Bidang Komunikasi Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI).

Pasalnya, masyarakat membutuhkan informasi yang benar tentang MSG yang tidak hanya dapat membantu mengurangi ketakutan dan mispersepsi yang beredar, tetapi juga memastikan bahwa konsumen membuat keputusan yang lebih informatif dan berdasarkan fakta.

Diinformasikan juga olehnya bahwa MSG adalah produk fermentasi dari tetes tebu menggunakan mikroorganisme.

Kemudian dilanjutkan dengan proses isolasi dan purifikasi, dan hasilnya adalah MSG dengan kemurnian lebih dari 99 persen.

Ditambahkan oleh Irvan Kartawiria dan Harry Nazarudin, yang dikenal sebagai Duo Kimiasutra, bahwa rasa adalah memori.

Baca Juga: Apa Bahaya Anak Konsumsi Terlalu Banyak MSG? Ini Kata Ahli Gizi



REKOMENDASI HARI INI

Kolagen Suplemen vs Makanan Kaya Kolagen: Mana yang Lebih Baik?