Parapuan.co - Perempuan menikah di usia 30 tahun kini banyak terjadi di kalangan masyarakat.
Sayangnya, perempuan menikah di usia 30 tahun kerap mendapatkan berbagai stigma negatif, termasuk anggapan 'perawan tua'.
Penulis mendapati bahwa lingkungan masyarakat masih memberikan standar usia tertentu tentang batas usia pernikahan.
Misalnya, perempuan setidaknya menikah di antara usia 25 sampai 27 tahun.
Jika melebihi batas usia tersebut, kamu mungkin akan dilabeli telat menikah.
Belum lagi ketika si perempuan memiliki karier yang mentereng, tak jarang mereka akan mendapatkan anggapan bahwa semakin sukses perempuan, maka laki-laki akan semakin menjauh.
Tekanan dari lingkungan inilah yang pada akhirnya membuat perempuan merasa tertekan.
Mengapa perempuan menikah usia 30 tahun dilabeli perawan tua?
Menurut Bambang Hudayana, antropolog Universitas Gadjah Mada mengungkapkan kalau istilah perawan tua ini sudah lama ada di Indonesia, sehingga tanpa disadari sudah menjadi budaya.
Baca Juga: Perempuan Punya Banyak Alasan untuk Takut Menikah, Tapi Patriarki Jadi Pendorongnya
"(Sebutan perawan tua) itu mitos lama atau stigma yang mengakar pada banyak budaya. Saya orang Jawa jadi saya bisa merasakan (bahwa) dulu kalau orang terlambat menikah disebut ‘perawan kasep’," ujarnya.
Bambang pun menjelaskan kalau adanya stigma perawan tua sama dengan merendahkan seorang perempuan.
Padahal keputusan menikah merupakan hak pilihan individu yang seharusnya diputuskan oleh perempuan.
"Untuk mengurangi stigma itu, saya kira harus ada edukasi dalam masyarakat bahwa menikah itu keputusan yang sifatnya pribadi," jelasnya.
"Jangan mengurus urusan, hak, privasi orang lain. Kalau itu bisa diinternalisasikan dalam keluarga, dalam masyarakat, orang tidak perlu bertanya, ‘Sudah menikah belum? Anaknya sudah berapa?’ karena itu pertanyaan yang sangat pribadi," tegasnya.
Alasan Perempuan Memilih Menikah di Usia Matang
Lebih lanjut, ada alasan tertentu mengapa perempuan memilih menikah di usia 30 tahun, salah satunya kematangan emosional.
Menurut Dr. Peter Pearson, seorang pendiri Couples Institute, perempuan cenderung menikah di usia 30 tahun untuk memiliki kematangan emosional yang lebih baik.
Baca Juga: Sebelum Perempuan Menikah, Ini Ciri-Ciri Laki-Laki yang Sebaiknya Tidak Dinikahi
"Setelah usia tertentu, perempuan cenderung memiliki tingkat kematangan emosional yang lebih tinggi," ujar Peter dikutip dari laman Time.
Bukan hanya kematangan emosional, pada usia tersebut perempuan diharapkan juga memilih kemandirian secara finansial.
Ketika kemandirian finansial ini tercapai, perempuan tidak terlalu bergantung dan ekonomi rumah tangga dapat berjalan stabil.
"Kamu lebih mandiri, tidak terlalu bergantung (secara finansial). Kamu tangguh secara emosional," imbuhnya.
Kawan Puan, menikah adalah keputusan pribadi yang tidak boleh dipaksakan oleh tekanan sosial.
Setiap individu memiliki jalan hidup yang berbeda. Bisa saja di usia 30 tahun kamu baru merasa cinta pertama, atau malah merasakan patah hati karena gagal menikah.
Maka dari itu, ubahlah cara pandang tentang pernikahan dan fokuslah pada keputusanmu sendiri tanpa tekanan dari orang lain.
Baca Juga: 10 Tips Bekerja Freelance untuk Perempuan Menikah, Seperti Apa?
(*)