Terakhir adalah tekanan untuk mematuhi norma atau tradisi pernikahan keluarga yang dialami 25 persen responden.
Lebih lanjut, ada tiga faktor lain yang juga berasal dari segi finansial maupun karier.
Tekanan untuk mapan secara finansial sebelum menikah diungkapkan 35 persen responden.
Ada juga tuntutan mengadakan pernikahan besar dan mewah yang dialami oleh 16 persen responden.
Bahkan, tekanan untuk menyelesaikan pendidikan atau mencapai jenjang karir tertentu sebelum menikah nyatanya dialami 12 persen responden.
Selain itu, lingkungan juga jadi pemicu tekanan bagi para calon mempelai.
Sekitar 31 persen responden mengeluhkan pertanyaan terus-menerus tentang rencana pernikahan dari kerabat dan teman.
Sedangkan, 33 persen mengalami tekanan saat membandingkan diri dengan teman yang sudah menikah.
"Meskipun begitu, sebagian besar responden menanggapi berbagai tekanan sosial tersebut dengan membuat keputusan berdasarkan kesiapan diri sendiri, ketimbang tekanan dari luar.
Faktor utama dalam menghadapi tekanan ini adalah kesiapan mental dan emosional, yang menunjukkan bahwa kesiapan pribadi adalah kunci bagi mereka ketika mempertimbangkan pernikahan," akhir Indah.
Baca Juga: Jangan Lupa Me Time, Ini 5 Aktivitas untuk Perempuan Karier di Long Weekend
(*)