Parapuan.co - Semboyan "Tut Wuri Handayani" sudah lama dikenal sebagai simbol pendidikan di Indonesia.
Sering digunakan dalam berbagai kesempatan, kalimat ini menggambarkan peran seorang pendidik dalam membimbing murid-muridnya.
Namun, tahukah Kawan Puan bahwa semboyan ini sebenarnya hanyalah bagian dari kutipan yang lebih panjang?
Jika hanya menggunakan "Tut Wuri Handayani", makna keseluruhannya bisa menjadi kurang utuh.
Makna Lengkap Semboyan Ki Hadjar Dewantara
Semboyan yang diperkenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara ini berasal dari bahasa Jawa dan memiliki arti yang sangat mendalam dalam dunia pendidikan.
Kalimat lengkapnya sebagaimana dikutip dari Kompas.com adalah sebagai berikut:
1. Ing ngarsa sung tulodo – Di depan memberi teladan
Seorang pendidik harus menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Mereka harus menunjukkan sikap, perilaku, dan tindakan yang patut ditiru oleh para peserta didik.
Baca Juga: Kebijakan Bantuan Pendidikan Guru Jadi Penting bagi Perempuan Pendidik
2. Ing madya mangun karsa – Di tengah membangun semangat
Guru atau pemimpin pendidikan tidak hanya berperan sebagai panutan, tetapi juga harus mampu memberikan motivasi dan inisiatif bagi peserta didik saat mereka sedang belajar.
3. Tut wuri handayani – Di belakang memberi dorongan
Ketika seorang murid telah berjalan di jalurnya, guru bertugas mendukung dan mendorong mereka agar terus berkembang dan mencapai potensi terbaiknya.
Kenapa Harus Ditulis Lengkap?
Dalam praktiknya, semboyan "Tut Wuri Handayani" lebih sering digunakan sendiri tanpa dua bagian lainnya.
Padahal, penggunaan yang tidak lengkap ini berisiko mengaburkan makna utuh dari filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Jika hanya "Tut Wuri Handayani" yang digunakan, maka fokusnya hanya pada memberikan dukungan dari belakang.
Kalau begitu, siapa yang akan memberi contoh dari depan dan menyemangati dari samping?
Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Generasi Penerus, Ini Pentingnya Pendidikan Inklusif dan Numerasi
Pendidikan yang ideal semestinya tidak sebatas memberikan dukungan dari belakang.
Akan tetapi, juga membutuhkan peran aktif pendidik dalam memberikan teladan dan semangat di setiap tahap perkembangan siswa.
Itulah mengapa penting untuk mengingat dan menggunakan semboyan ini secara utuh agar konsep pendidikan yang diterapkan tetap sejalan dengan filosofi aslinya.
Sebagai warisan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, semboyan ini seharusnya tetap digunakan secara lengkap untuk mempertahankan makna filosofisnya.
Seorang guru tidak hanya bertugas mendorong siswa dari belakang, tetapi juga harus memberikan contoh dan membangkitkan semangat.
Dengan memahami dan menerapkan semboyan ini secara utuh, pendidikan di Indonesia dapat lebih mencerminkan visi yang telah dicanangkan oleh tokoh besar ini.
Sekadar informasi, Ki Hadjar Dewantara adalah sosok yang sangat berjasa di dunia pendidikan Tanah Air.
Ia merupakan Menteri Pendidikan pertama Indonesia yang menjabat di masa pemerintahan Soekarno.
Baca Juga: Ujian Nasional Kembali Digelar 2026, Akankah Pelaksanaannya Efektif?
(*)