Parapuan.co - Kebijakan pengurangan jam kerja di bulan Ramadan 2025 segera diberlakukan. Tak hanya di Indonesia, pengurangan jam kerja selama Ramadan juga diterapkan di berbagai negara lain dengan mayoritas umat Islam.
Di banyak negara dengan mayoritas penduduk Muslim, aturan mengenai pengurangan jam kerja selama Ramadan diberlakukan untuk memberikan kesempatan bagi karyawan menjalankan ibadah puasa dengan lebih nyaman.
Namun, terlepas dari itu bisa saja muncul anggapan bahwa pengurangan jam kerja berpotensi mengurangi produktivitas dan efisiensi kerja di perusahaan. Benarkah demikian?
Pandangan terhadap Pengurangan Jam Kerja di Ramadan
Profesor William Scott-Jackson, seorang akademisi asal Inggris yang merupakan pakar dalam kepemimpinan dan manajemen di Timur Tengah, menilai bahwa pengurangan jam kerja di bulan Ramadan sebenarnya tidak selalu berdampak negatif terhadap operasional bisnis.
Menurutnya sebagaimana melansir Emirates247, bulan Ramadan memberikan kesempatan bagi para pemimpin dan HR untuk lebih memahami serta mengelola tim mereka dengan cara yang lebih baik.
Di Arab Saudi, wacana untuk mengurangi jam kerja di sektor swasta dari 48 jam menjadi 40 jam per minggu secara permanen juga tengah dipertimbangkan. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja sekaligus mempertahankan efektivitas kerja jangka panjang.
Hubungan Antara Jam Kerja dan Produktivitas
Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja justru dapat meningkatkan efektivitas karyawan. Beberapa bukti yang mendukung hal ini antara lain:
Baca Juga: 5 Negara Ini Izinkan Pekerja Abaikan Panggilan Atasan di Luar Jam Kerja
1. Kemudahan dalam mobilitas dan pertemuan bisnis: Ramadan sering kali membuat perjalanan lebih lancar dan memungkinkan pertemuan bisnis lebih efektif karena suasana kerja yang lebih santai.
2. Keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi (work life balance): Karyawan yang memiliki lebih banyak waktu untuk beristirahat dan menghabiskan waktu dengan keluarga cenderung lebih bahagia dan produktif.
3. Efek kerja lembur yang merugikan: Studi menunjukkan bahwa jam kerja berlebih dapat menyebabkan kelelahan, kesalahan dalam pekerjaan, serta menurunkan tingkat retensi karyawan. Contoh nyata dari dampak negatif jam kerja panjang adalah bencana Challenger dan tumpahan minyak Exxon Valdez, yang sebagian dikaitkan dengan kelelahan pekerja.
4. Studi internasional tentang pengurangan jam kerja: Jepang secara konsisten mengurangi jam kerja sejak tahun 1970-an, tetapi produktivitasnya tetap meningkat. China juga menerapkan kebijakan 40 jam kerja per minggu sejak 1995, yang tidak menghambat pertumbuhan ekonominya.
Dampak Positif Pengurangan Jam Kerja Selama Ramadan
Dengan mempertimbangkan berbagai penelitian yang telah dilakukan, pengurangan jam kerja selama Ramadan dapat memberikan manfaat bagi karyawan dan perusahaan, antara lain:
1. Meningkatkan kebahagiaan dan kesehatan karyawan
- Karyawan yang memiliki cukup waktu untuk beristirahat cenderung lebih produktif dan minim melakukan kesalahan dalam pekerjaan.
2. Meningkatkan keterlibatan dan loyalitas karyawan
- Perusahaan yang peduli terhadap kesejahteraan karyawan akan mendapatkan tim yang lebih loyal dan berkomitmen terhadap pekerjaannya.
3. Meningkatkan efisiensi kerja
- Studi menunjukkan bahwa jam kerja yang terlalu panjang tidak selalu berbanding lurus dengan produktivitas. Justru, jam kerja yang lebih singkat dapat meningkatkan efektivitas kerja.
Bulan Ramadan hanya terjadi satu kali dalam setahun, tetapi dampak positif dari pengurangan jam kerja dapat dirasakan sepanjang tahun. Pendekatan yang lebih fleksibel dan berorientasi pada kesejahteraan karyawan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif.
Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya melihat kebijakan pengurangan jam kerja di Ramadan bukan sebagai hambatan, melainkan sebagai peluang untuk meningkatkan kinerja karyawan dan memperkuat budaya kerja yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Baca Juga: Ini Negara dengan Jam Kerja Terpanjang, Indonesia di Urutan Berapa?
(*)