Parapuan.co - Biasanya perempuan jarang mengerti tentang mesin meski aktif menggunakan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat, kecuali memang tertarik atau sedang mempelajari teknik mesin. Padahal, penting juga bagi perempuan untuk tahu hal-hal mendasar tentang mesin kendaraan bermotor, salah satunya terkait bahan bakar.
Pemilihan bahan bakar yang tepat sangat penting untuk menjaga performa dan usia mesin kendaraan bermotor. Perempuan perlu waspada terhadap penggunaan bahan bakar minyak (BBM) oplosan, mengingat kasus yang sedang viral belakangan ini.
Kendaraan bermotor umumnya membutuhkan satu jenis BBM saja. Misalnya hanya dan selalu menggunakan Pertamax atau cukup dengan Pertalite. Kendaraan sebaiknya tidak diisi dengan campuran kedua jenis BBM tersebut.
Meski tampak sepele, praktik ini dapat berdampak buruk pada mesin dalam jangka panjang. Hal itu senada dengan yang disampaikan oleh Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM), Jayan Sentanuhady.
Dampak Pencampuran BBM Beda Oktan
Melansir Kompas.com via Kompas.tv, pencampuran BBM dengan nilai oktan berbeda berisiko membuat mesin bekerja tidak optimal. Jayan Sentanuhady menyebut, pencampuran Pertamax dan Pertalite akan menghasilkan nilai oktan yang tidak sesuai standar.
Sebagai contoh, jika komposisi campuran adalah 50:50, maka nilai oktannya menjadi RON 91, berbeda dari spesifikasi asli Pertamax (RON 92) dan Pertalite (RON 90).
"Kalau oktan lebih rendah, dampaknya ke mesin dan juga emisi," jelas Jayan Sentanuhady pada Rabu (26/2/2026).
Ketidaksesuaian nilai oktan ini dapat menyebabkan proses pembakaran di dalam mesin menjadi tidak optimal. Akibatnya, efisiensi bahan bakar menurun, performa kendaraan berkurang, serta emisi gas buang menjadi lebih tinggi.
Baca Juga: Viral di TikTok Harga Pertamax Makin Mahal, Ini Tips dan Cara Cek Konsumsi BBM Biar Lebih Irit
Risiko Kerusakan Mesin Akibat BBM Oplosan
Salah satu dampak negatif dari penggunaan BBM oplosan adalah peningkatan deposit karbon di dalam ruang bakar mesin. Penumpukan karbon ini bisa menghambat kinerja mesin dan menyebabkan berbagai masalah teknis.
Selain itu, terdapat risiko knocking atau detonasi yang lebih tinggi. Knocking adalah bunyi gemerutuk yang muncul dari dalam ruang bakar akibat pembakaran yang tidak sempurna. Jika terjadi terus-menerus, kondisi ini dapat merusak komponen mesin.
"Knocking itu suara gemerutuk dari dalam ruang bakar. Kalau berlangsung terus-menerus, bisa membuat mesin jadi rusak," tegas Jayan.
Namun, bagi kendaraan modern dengan teknologi mesin yang lebih canggih, dampak ini mungkin tidak langsung terasa. Mesin modern memiliki sistem adaptasi otomatis yang memungkinkan penyesuaian terhadap bahan bakar dengan nilai oktan yang lebih rendah.
"Tidak akan ada masalah karena mesin modern biasanya sudah adaptif terhadap bahan bakar," tambah Jayan.
Pertamina Menjamin Kualitas BBM di SPBU
Di tengah maraknya isu pengoplosan BBM yang sedang diselidiki Kejaksaan Agung, PT Pertamina Patra Niaga menegaskan bahwa BBM yang dijual di SPBU resmi sudah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
"Masyarakat tidak perlu resah untuk menggunakan BBM Pertamina karena BBM yang dipasarkan saat ini sudah sesuai spesifikasi," ujar Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, dalam rilis yang diterima Kompas.tv.
Sebagai pengguna kendaraan bermotor, terutama bagi perempuan yang sering mengandalkan mobil atau motor untuk aktivitas sehari-hari, penting untuk selalu memastikan BBM yang digunakan berasal dari sumber resmi dan memiliki kualitas yang sesuai standar. Menghindari penggunaan BBM oplosan akan membantu menjaga performa kendaraan tetap prima serta mengurangi risiko kerusakan mesin dalam jangka panjang.
Baca Juga: Menyoroti Skandal Korupsi Pertamina dan Dampaknya pada Perempuan
(*)