Puasa Jadi Mudah Mengantuk, Waspada Risiko Kesehatan Jika Tidur Berlebihan

Arintha Widya - Sabtu, 1 Maret 2025
Meski mudah ngantuk saat puasa, hindari tidur berlebihan agar tidak alami berbagai risiko kesehatan.
Meski mudah ngantuk saat puasa, hindari tidur berlebihan agar tidak alami berbagai risiko kesehatan. EyeEm Mobile GmbH

Parapuan.co - Kawan Puan merasa mudah mengantuk saat berpuasa? Tidur saat puasa bisa dihitung sebagai ibadah. Namun, terlalu banyak tidur sampai hanya berbaring seharian ketika sedang puasa juga tidak baik.

Oversleeping, atau yang dikenal sebagai hypersomnia, didefinisikan sebagai tidur lebih dari sembilan jam per malam secara terus-menerus selama beberapa minggu, tetapi tetap merasa lelah saat bangun tidur. Istilah ini bisa juga merujuk pada tidur terlalu lama di siang hari selama menjalankan puasa.

Ada risiko kesehatan yang tidak boleh kamu abaikan jika tidur berlebihan saat puasa. Selain jadi mudah lemas dan tidak bugar, ada berbagai risiko lainnya seperti melansir News Medical di bawah ini!

Tanda-Tanda Tidur Berlebihan

Beberapa tanda seseorang mengalami tidur berlebihan antara lain:

  • Tidur melebihi waktu alarm yang telah disetel.
  • Terbangun oleh alarm tetapi kemudian kembali tidur.
  • Kesulitan untuk bangun dari tempat tidur.
  • Sering mengalami sakit kepala saat bangun tidur.
  • Selalu merasa mengantuk meskipun sudah tidur dalam waktu lama.
  • Tidak pernah merasa segar setelah tidur.

Jika kondisi ini berlangsung lebih dari enam hingga delapan minggu, disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis karena bisa menjadi indikasi gangguan kesehatan yang lebih serius.

Risiko Kesehatan Akibat Tidur Berlebihan

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tidur berlebihan dapat meningkatkan risiko sejumlah masalah kesehatan, termasuk:

1. Gangguan Kognitif dan Risiko Demensia

Baca Juga: Perempuan Lebih Berisiko Alami Demensia Dibanding Laki-Laki, Mengapa?

Tidur berlebihan telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif, terutama dalam pengambilan keputusan. Studi yang dipublikasikan oleh JAMA Neurology menemukan bahwa responden dengan durasi tidur sembilan jam atau lebih mengalami performa lebih buruk dalam Digit Symbol Substitution Test (DSST) dibandingkan mereka yang memiliki durasi tidur normal.

Selain itu, tidur lebih dari 10 jam per malam meningkatkan risiko gangguan kognitif pada lansia yang belum mengalami demensia. Hal ini menunjukkan bahwa tidur berlebihan dapat berkontribusi pada gangguan kognitif seiring bertambahnya usia.

2. Risiko Gangguan Mental dan Depresi

Studi yang sama menemukan bahwa kelompok yang tidur lebih lama cenderung mengalami gejala depresi yang lebih tinggi dibandingkan mereka dengan durasi tidur normal.

Sekitar 15 persen penderita depresi juga mengalami tidur berlebihan. Major depressive disorder dapat menyebabkan perasaan sedih yang berkepanjangan, hilangnya minat dalam aktivitas, serta gangguan berpikir dan tidur.

Sebaliknya, tidur berlebihan juga dapat memperburuk depresi, menciptakan siklus negatif di mana seseorang semakin sulit untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Studi yang melibatkan 24.671 orang menemukan bahwa individu yang tidur lebih dari 10 jam sehari memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami gangguan psikiatri dan tekanan psikologis.

3. Peningkatan Risiko Penyakit Kardiovaskular

Tidur berlebihan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Studi yang dipublikasikan oleh American Heart Association menunjukkan bahwa orang yang tidur terlalu lama memiliki risiko lebih tinggi mengalami kejadian kardiovaskular dan kematian akibat penyakit jantung.

Dr. Arshed Quyymi dari Emory Clinical Cardiovascular Research Institute menyatakan bahwa tidur terlalu lama dapat meningkatkan risiko kematian sebesar 40-50 persen.

Baca Juga: 4 Tips Gaya Hidup Sehat dari WHO untuk Mencegah Penyakit Kardiovaskular

4. Gangguan Metabolisme dan Obesitas

Penelitian juga menemukan bahwa tidur berlebihan berkaitan dengan peningkatan indeks massa tubuh (BMI). Studi dari National Health Survey yang melibatkan lebih dari 56.000 peserta menemukan bahwa tidur lebih dari delapan jam berhubungan dengan risiko lebih tinggi mengalami obesitas, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

Namun, meskipun ada korelasi antara obesitas dan tidur berlebihan, bukti yang mendukung hubungan langsung antara keduanya masih terbatas.

5. Peningkatan Peradangan dalam Tubuh

Tidur berlebihan dapat meningkatkan kadar sitokin pro-inflamasi seperti C-reactive protein (CRP) dan interleukin-6 (IL-6). Kedua zat ini berperan dalam respons peradangan tubuh dan dapat meningkatkan risiko penyakit serius seperti serangan jantung dan diabetes.

Studi menunjukkan bahwa setiap tambahan satu jam durasi tidur berlebihan dapat meningkatkan kadar CRP sebesar 8 persen dan IL-6 sebesar 7 persen.

Fenomena U-Shaped dalam Pola Tidur

Penelitian menunjukkan bahwa baik tidur terlalu sedikit maupun terlalu banyak dapat memberikan efek negatif terhadap kesehatan. Fenomena ini dikenal sebagai pola hubungan berbentuk huruf U (U-shaped association), di mana durasi tidur ekstrem—baik terlalu pendek maupun terlalu panjang—berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan risiko penyakit lainnya.

Meskipun tidur yang cukup sangat penting bagi kesehatan, tidur berlebihan juga memiliki berbagai risiko, termasuk gangguan kognitif, depresi, penyakit jantung, obesitas, dan peningkatan peradangan dalam tubuh.

Oleh karena itu, menjaga pola tidur yang seimbang, yaitu sekitar 7-8 jam per malam, sangat disarankan untuk menjaga kesehatan secara optimal. Jika mengalami gejala hypersomnia yang berlangsung lama, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Baca Juga: Cara Efektif Menghilangkan Rasa Kantuk di Siang Hari, Bisa Lakukan Peregangan

(*)

Sumber: News Medical
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Penting bagi Perempuan Pengguna Kendaraan Bermotor, Ini Dampak BBM Oplosan pada Mesin