Kenapa Perempuan Memilih Bertahan dalam Pernikahan Tidak Bahagia?

Saras Bening Sumunar - Senin, 10 Maret 2025
Perempuan berada dalam pernikahan tidak sehat.
Perempuan berada dalam pernikahan tidak sehat. IstockPhoto

Parapuan.co - Pernikahan sering kali dianggap sebagai tonggak kehidupan yang penuh kebahagiaan, tempat di mana dua individu berkomitmen untuk berbagi hidup bersama dalam suka maupun duka. Namun bagi penulis, realita pernikahan tidak selalu seindah yang dibayangkan.

Masih banyak perempuan di berbagai belahan dunia yang memilih bertahan dalam pernikahan meskipun mereka merasa tidak bahagia. Kamu mungkin menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perasaan terperangkap dalam hubungan yang tidak sehat hingga tekanan sosial yang membuat kamu sulit keluar dari situasi tersebut.

Lantas, mengapa perempuan tetap bertahan dalam kondisi yang justru merugikan dirinya? Mengapa tidak mencari kebahagiaan baru daripada terus hidup dalam penderitaan? Pertanyaan ini memang tampak sederhana, tetapi jawabannya sangat kompleks, terutama bagi perempuan.

Bertahan dalam pernikahan yang tidak membahagiakan bukan sekadar soal cinta atau kesetiaan. Ada faktor-faktor lain yang lebih besar dan lebih mendalam yang membuat banyak perempuan memilih untuk tidak pergi.

Dari tekanan budaya hingga alasan ekonomi dan ketakutan akan masa depan, perempuan sering kali merasa tidak memiliki pilihan lain. Bahkan dalam beberapa kasus, penulis masih menemukan bahwa perempuan tidak sepenuhnya menyadari mereka sedang terperangkap dalam hubungan yang merugikan.

Salah satu alasan utama mengapa perempuan bertahan dalam pernikahan yang tidak bahagia adalah tekanan sosial dan budaya yang kuat. Dalam banyak masyarakat, terutama yang masih memegang nilai-nilai tradisional, pernikahan dipandang sebagai institusi yang harus dijaga sebaik mungkin, bahkan ketika hubungan di dalamnya sudah tidak sehat.

Norma yang mengakar dalam budaya sering kali menempatkan perempuan dalam posisi yang sulit. Kita kerap diajarkan sejak kecil bahwa pernikahan adalah tujuan hidup dan perceraian adalah sesuatu yang tabu atau memalukan.

Masyarakat kerap memberikan stigma negatif terhadap perempuan yang bercerai dan menganggap mereka sebagai individu yang gagal dalam mempertahankan rumah tangga. Ketakutan akan penghakiman sosial ini sering kali membuat perempuan enggan mengambil langkah untuk keluar dari pernikahan yang tidak membahagiakan.

Sementara menurut laman CNCB, alasan lain perempuan bertahan dalam pernikahan yang tidak bahagia karena ekonomi. Tidak semua perempuan memiliki kemandirian finansial yang cukup untuk menghidupi diri sendiri, apalagi jika mereka tidak bekerja.

Baca Juga: Jadi Isu Global IWD 2025, Ini Upaya Negara-Negara Dunia Mewujudkan Kesetaraan Gender

Ketergantungan ekonomi pada pasangan sering kali membuat perempuan tidak memiliki pilihan selain tetap bertahan, meskipun pernikahan tersebut penuh dengan ketidakbahagiaan. Perempuan yang tidak bekerja atau memiliki keterbatasan akses terhadap pekerjaan yang layak sering kali merasa tidak mampu secara finansial untuk hidup sendiri.

Selain itu, dalam beberapa kasus, penulis menemukan bahwa masih ada perempuan takut kehilangan standar hidup yang telah mereka jalani selama pernikahan. Perasaan tidak yakin terhadap masa depan membuat mereka memilih bertahan dalam hubungan yang tidak sehat, dengan harapan setidaknya mereka memiliki keamanan ekonomi.

Sumber: Healthline,CNCB
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Ini Rekomendasi Pembersih Alat Makeup dengan Aroma Takjil Ramadan