Parapuan.co - Masih banyak perempuan yang menganggap gangguan mental merupakan masalah sepele. Kenyataannya, gangguan mental bisa menyebabkan kematian secara tidak langsung. Bukan itu saja, gangguan mental yang dialami perempuan juga menyebabkan efek samping berkepanjangan.
Misalnya, mengurangi produktivitas kerja untuk perempuan karier hingga memberikan efek samping untuk kesehatan fisik. Oleh karenanya, penting bagi Kawan Puan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, serta mengenali jenis-jenisnya.
Sebagai informasi, seseorang dikatakan sehat secara mental jika dapat berkembang maksimal secara fisik, spiritual, dan sosial. Sehingga, ia sadar akan kemampuannya sendiri, mampu mengatasi tekanan dan bekerja secara produktif, serta bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.
Sementara gangguan mental atau mental health disorder bisa dikatakan sebagai suatu penyakit (mental illness), yang dapat menyebabkan perubahan pada emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Perubahan ini dikatakan sebagai gangguan jiwa apabila sudah menghambat aktivitas sehari-hari dan gaya hidup normal penderitanya.
Jenis Gangguan Mental yang Rentan Dialami Perempuan
Dikutip dari laman Ayo Sehat Kemenkes, ada beberapa gangguan mental yang cukup rentan dialami perempuan. Apa saja? Simak uraian lengkapnya berikut!
1. Gangguan Bipolar
Gangguan mental bipolar adalah kondisi yang ditandai dengan perubahan ekstrem pada suasana hati, dari merasa sangat gembira kemudian berubah menjadi sangat sedih secara drastis.
Perubahan suasana hati yang drastis ini dapat mempengaruhi tingkat energi, perilaku dan kemampuan berpikir penderitanya dalam waktu cukup lama, sehingga mengganggu kemampuan penderitanya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Secara umum, gejala bipolar dapat dibagi ke dalam 2 fase, yaitu fase mania dan fase depresi.
Baca Juga: Harus Berbagi Suami, Poligami Membuat Istri Mengalami Gangguan Mental Kronis
Fase Mania
Fase mania merupakan ciri utama gangguan bipolar, di mana penderitanya akan mengalami episode suasana hati yang sangat bersemangat dan senang, tapi juga sensitif dan mudah tersinggung. Orang yang berada dalam kondisi mania dapat melakukan hal-hal yang dapat merugikan mereka secara fisik, sosial, maupun finansial, seperti menghamburkan uang, berjudi, atau mengendarai mobil secara sembarangan.
Gejala mania lainnya antara lain pikirannya berpacu dan merasa bisa melakukan banyak hal sekaligus, berbicara dengan sangat cepat atau merasa dirinya sangat penting, kuat, dan berbakat.
Fase Depresi
Pada fase ini, penderita bipolar akan mengalami gejala-gejala seperti lelah, merasa hampa, sangat sedih, kehilangan nafsu makan, dan tidak berminat melakukan aktivitas sehari-hari. Bisa juga merasa tidak berharga dan putus asa. Selain kedua fase ini, penderita bipolar kadang mengalami kondisi suasana hati normal, yang dikenal sebagai euthymia.
Adapun penyebab gangguan bipolar bisa bermacam-macam, mulai dari perubahan aktivitas dan ukuran otak, sampai trauma, dan stres berlebihan. Walaupun gangguan bipolar merupakan penyakit seumur hidup yang tidak bisa sembuh seutuhnya, terapi dan pengobatan tepat bisa membantu mengatasi gejala-gejalanya.
2. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Gangguan stres pasca trauma atau PTSD (post traumatic stress disorder) merupakan gangguan mental, yang dipicu oleh pengalaman atau menyaksikan peristiwa mengerikan, bahkan mengancam jiwa, sehingga menimbulkan trauma. Peristiwa atau kejadian traumatis yang bisa memicu gejala PTSD antara lain kecelakaan, kekerasan fisik dan perundungan, pelecehan seksual, bencana alam, peperangan, atau penyakit yang mengancam jiwa seperti serangan jantung.
Baca Juga: Judi Online Adalah Biang Kerok Gangguan Mental, Perceraian dan Pinjaman Online
Gejala-gejala PTSD bisa dirasakan dalam jangka waktu pendek yaitu satu bulan setelah peristiwanya, yang dikenal sebagai acute stress disorder, atau lebih dari satu bulan hingga seumur hidup, yaitu complex PTSD (CPTSD). Adapun beberapa gejala PTSD adalah:
- Ingatan terhadap peristiwa masa lalu yang muncul berulang-ulang dan menimbulkan rasa takut dan cemas, sehingga mengganggu penderitanya.
- Sulit tidur dan sering bermimpi buruk.
- Kecenderungan untuk menghindari tempat, aktivitas, dan hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa traumatis tersebut.
- Perubahan perilaku dan emosi, seperti mudah stres, marah, takut, dan susah berkonsentrasi.
3. Gangguan Kecemasan
Merasa cemas sebenarnya merupakan suatu hal yang wajar, seperti saat akan melakukan wawancara pekerjaan, ujian di sekolah, atau mengambil keputusan penting. Namun, perasaan cemas ini akan menjadi gangguan kecemasan atau anxiety disorders ketika penderitanya merespons situasi atau hal-hal yang dialaminya dengan perasaan takut, cemas, dan khawatir berlebihan, bahkan tanpa alasan jelas.
Gangguan kecemasan ini bisa berlangsung cukup lama, sehingga berdampak pada kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari dan kualitas hidup penderitanya.
Gangguan kecemasan pada perempuan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perbedaan hormon dan otak, riwayat keluarga, dan peristiwa traumatis. Gejala yang muncul dapat berupa pikiran cemas, perubahan perilaku, dan gejala fisik lainnya.
Baca Juga: Lebih Banyak Diidap Perempuan, Ini 5 Jenis Gangguan Mental Terbanyak Menurut WHO
(*)