Parapuan.co - Di tengah perkembangan zaman yang semakin terbuka terhadap keragaman identitas dan ekspresi gender, masih ada satu masalah sosial yang kerap terabaikan, namun dampaknya begitu besar yaitu toxic masculinity. Konsep ini mengacu pada gambaran budaya tentang kejantanan yang mengagungkan ketegaran, kekuatan, dominasi, dan ketangguhan emosional, yang justru bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan hubungan sosial seseorang.
Menurut Dictionary.com, toxic masculinity adalah konsep budaya tentang kejantanan yang mengagungkan ketegaran, kekuatan, keperkasaan, dan dominasi, namun secara sosial justru maladaptif atau merugikan kesehatan mental.
Lantas, bagaimana toxic masculinity bisa mengancam kehidupan sosial remaja, seperti yang diangkat dalam serial Netflix Adolescence yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini? Berikut penjelasannya seperti melansir Clark Chronicle di bawah ini!
Ketika Anak Laki-Laki Tidak Boleh 'Lemah'
Masyarakat selama bertahun-tahun telah menormalisasi frasa seperti "jangan cengeng", "bersikaplah seperti laki-laki", atau "kamu terlalu lembek". Ungkapan-ungkapan ini muncul setiap kali seorang laki-laki menunjukkan emosi yang dianggap terlalu lembut atau membuatnya tampak rentan.
Maskulinitas toksik semacam ini bisa berasal dari bawaan lahir maupun "ajaran" dari orang sekitar di lingkungan tempat seorang anak tumbuh. Artinya, lingkungan turut andil dalam membentuk pola pikir beracun ini.
Sejak kecil, anak laki-laki diajarkan untuk menahan emosi mereka karena mengungkapkannya dianggap “mengancam kejantanan.” Kebiasaan ini berdampak serius ketika mereka beranjak remaja. Ketidakmampuan mereka untuk terbuka soal pengalaman traumatis atau perasaan membuat mereka rentan terhadap depresi, isolasi sosial, bahkan bunuh diri.
Sulitnya Membangun Hubungan Sosial
American Psychological Association (APA) menjelaskan bahwa anak laki-laki dan pria lebih suka menjalin koneksi melalui aktivitas fisik daripada percakapan emosional karena takut dianggap tidak "jantan".
Baca Juga: Selingkuh dan Maskulinitas dalam Serial Jangan Salahkan Aku Selingkuh Marshanda