Laporan Ini Catat 76 Persen Penjual eCommerce Asia Tenggara Masih Butuh Dukungan untuk AI

Arintha Widya - Senin, 14 April 2025
Penjual eCommerce masih banyak yang butuh dukungan dalam mengadopsi AI menurut survei.
Penjual eCommerce masih banyak yang butuh dukungan dalam mengadopsi AI menurut survei. Freepik AI

Parapuan.co - Sebagian besar penjual online di Indonesia telah mengenal teknologi AI. Namun, kesenjangan antara pemahaman dan penerapan AI dalam bisnis masih tergolong tinggi. Hasil laporan terbaru menunjukkan bahwa rata-rata penjual eCommerce di Asia Tenggara baru memanfaatkan AI dalam sekitar 37 persen operasional mereka.

Laporan dari Lazada sebagaimana tertera dalam pers rilis yang diterima PARAPUAN menyebut, Indonesia dan Vietnam tercatat sebagai dua negara terdepan dalam hal adopsi AI di kawasan ini, disusul oleh Singapura dan Thailand.

Menanggapi tantangan tersebut, Lazada meluncurkan panduan praktis berisi strategi, praktik terbaik, dan sumber daya yang dirancang untuk membantu penjual mengoptimalkan penggunaan AI dalam kegiatan usaha mereka.

Kesenjangan Pengetahuan dan Implementasi AI

Laporan berjudul "Menjembatani Kesenjangan AI: Persepsi dan Tren Adopsi Penjual Online di Asia Tenggara" ini dikembangkan bersama Kantar dan melibatkan 1.214 penjual dari enam negara: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Riset menemukan bahwa 68 persen penjual di Asia Tenggara sudah mengenal AI. Meski demikian, terdapat selisih antara pengakuan dan penerapan nyata. Di Indonesia, 52 persen penjual mengaku telah menggunakan AI, namun kenyataannya baru 42 persen yang benar-benar menerapkannya dalam operasional bisnis. Selisih ini menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga dengan kesenjangan adopsi AI tertinggi di kawasan.

Penjual menghadapi dilema antara manfaat AI dan tantangan implementasinya. Sebanyak 89 persen responden menilai AI mampu meningkatkan produktivitas, namun 61 persen masih meragukan manfaat keseluruhannya. Meskipun 93 persen percaya AI dapat menghemat biaya dalam jangka panjang, hambatan seperti biaya tinggi dan proses implementasi yang memakan waktu disebut oleh 64 persen penjual sebagai faktor penghambat.

Selain itu, meskipun para penjual memahami pentingnya AI, banyak yang mengalami kesulitan dalam penerapannya secara menyeluruh. Sebanyak 93 persen menyatakan perlunya peningkatan keterampilan tenaga kerja dalam menggunakan AI, namun 75 persen mengakui bahwa karyawan mereka masih lebih nyaman menggunakan sistem manual yang sudah dikenal.

Perbedaan Tingkat Kesiapan AI di Tiap Negara

Baca Juga: Penggunaan E-Commerce Meningkat Setiap Tahun, Ini Pentingnya Beli Produk Lokal

Dalam hal kesiapan AI, Indonesia dan Vietnam mencatatkan tingkat adopsi tertinggi sebesar 42 persen, diikuti oleh Singapura dan Thailand (39 persen). Laporan ini mengelompokkan kesiapan penjual ke dalam tiga kategori utama:

  • AI Adepts: Telah menggunakan AI di lebih dari 80 persen aspek bisnis. (Asia Tenggara: 24 persen, Indonesia: 29 persen)
  • AI Aspirants: Mulai mengadopsi AI, namun belum merata di seluruh fungsi. (Asia Tenggara dan Indonesia: 50 persen)
  • AI Agnostics: Masih sangat mengandalkan proses manual. (Asia Tenggara: 26 persen, Indonesia: 21 persen)

Thailand menjadi negara dengan proporsi AI Adepts tertinggi (30 persen), diikuti oleh Singapura dan Indonesia (masing-masing 29 persen), serta Vietnam (22 persen). Di sisi lain, Malaysia (15 persen) dan Filipina (19 persen) menghadapi kendala infrastruktur dan dukungan internal yang masih terbatas.

Sebagian besar penjual di Asia Tenggara (76 persen) termasuk dalam kategori AI Aspirants dan AI Agnostics, termasuk di Indonesia (71 persen). Data ini menyoroti perlunya solusi AI yang lebih mudah diakses dan dukungan konkret untuk meningkatkan adopsi, khususnya di bidang seperti operasional dan logistik.

"Temuan kami mengungkap fenomena kesenjangan yang menarik dalam ekosistem eCommerce di Asia Tenggara. Meskipun sebagian besar penjual memahami potensi transformatif dari AI, banyak yang masih berusaha untuk bertransisi menuju tahap implementasi," ungkap Chief Executive Officer Lazada Group, James Dong.

"Sebagai pemimpin di industri eCommerce Asia Tenggara, kami berupaya menjembatani kesenjangan ini dengan menyediakan solusi AI yang mudah diakses bagi setiap penjual di seluruh Asia Tenggara yang memiliki tantangan unik di setiap pasar. Solusi ini membuat teknologi dapat dimanfaatkan secara lebih luas dan mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan tanpa memandang ukuran bisnis atau kemampuan penjual."

Solusi AI Lazada untuk Transformasi Digital Penjual

Sebagai bentuk dukungan terhadap transformasi digital, Lazada merilis Online Sellers Artificial Intelligence Readiness Playbook, panduan strategis berbasis tingkat kesiapan AI masing-masing penjual. Panduan ini menjadi kerangka kerja yang membantu pelaku usaha memanfaatkan teknologi AI untuk efisiensi dan pertumbuhan.

Riset menunjukkan bahwa sebagian besar penjual sudah memanfaatkan fitur AI di platform Lazada dan merasakan dampak positifnya. Sebanyak 67 persen penjual menyatakan puas terhadap fitur AI yang tersedia. Menjawab kebutuhan tersebut, Lazada menghadirkan sejumlah fitur berbasis Generative AI (GenAI), seperti:

  • AI Smart Product Optimisation: Membantu penjual mengoptimalkan judul, deskripsi, dan foto produk dengan cepat, termasuk fitur uji coba virtual dan modifikasi latar belakang otomatis.
  • AI-Powered Translations: Menerjemahkan konten produk secara otomatis ke berbagai bahasa lokal, memperluas jangkauan pasar.
  • Lazzie Seller: Asisten AI yang tersedia di Alibaba Seller Centre (ASC), memberikan jawaban instan, panduan fitur, evaluasi risiko toko, hingga saran pengembangan bisnis.

Untuk informasi lebih lanjut, penjual dapat mengakses Online Sellers Artificial Intelligence Readiness Playbook dan mengetahui lebih dalam bagaimana teknologi AI dapat membantu mereka meningkatkan efisiensi, inovasi, dan daya saing di tengah lanskap eCommerce yang terus berkembang.

Baca Juga: Era Discovery E-Commerce, TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia Dukung UMKM Lokal

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya