Parapuan.co - Belakangan ini, serial Netflix berjudul Adolescence mencuri perhatian publik dengan jumlah penonton yang mencapai 96,7 juta. Tak hanya sukses secara angka, serial empat episode ini juga mendapat pujian karena keberaniannya menyoroti sisi gelap dunia remaja laki-laki di era digital.
Di balik kisah kriminal seorang bocah 13 tahun yang dituduh membunuh teman sekelasnya, Adolescence menyuguhkan potret mengerikan tentang bagaimana internet bisa membentuk pandangan keliru tentang maskulinitas, yang semuanya bisa terjadi tanpa disadari oleh orang tua.
Salah satu sorotan penting dari serial ini adalah fenomena manosphere, sebuah subkultur online yang berkembang pesat dan diam-diam memengaruhi jutaan remaja laki-laki. Apa sebenarnya manosphere dan mengapa orang tua perlu khawatir? Simak informasinya sebagaimana melansir Parents di bawah ini!
Apa Itu Manosphere?
Manosphere merupakan kumpulan situs, forum, dan konten digital yang mengklaim fokus pada isu-isu pria. Namun, di balik tampilan luar yang terlihat seperti konten pengembangan diri, manosphere kerap menyelipkan pesan misoginis, anti-feminis, bahkan kekerasan berbasis gender.
"Pada permukaannya, bisa saja terlihat seperti konten self-help—nasihat tentang kencan, membangun kepercayaan diri, atau meningkatkan kualitas hidup," ujar Pamela Walters, MD, psikiater forensik yang dikutip dalam ulasan serial Adolescence. "Tapi di balik itu, sering kali tersembunyi arus kuat kebencian terhadap perempuan, rasa berhak, dan dendam."
Jill Murphy dari Common Sense Media juga menjelaskan bahwa manosphere adalah tempat di mana para remaja laki-laki mencari jati diri dan dukungan, tetapi justru menemukan ideologi berbahaya.
"Para pemimpin dalam kelompok ini menarik perhatian remaja dengan membahas kekhawatiran mereka—soal identitas, rasa diterima, dan masa depan—dalam format yang relatable," katanya. "Dari situlah mereka mulai dijejali pesan-pesan yang menyudutkan perempuan dan memutarbalikkan konsep kesetaraan."
Mengapa Manosphere Berbahaya?
Baca Juga: Serial Adolescence: Bahaya Konten Beracun dan Algoritma Internet pada Anak Remaja
Bagi sebagian remaja laki-laki, terutama yang sedang mencari makna hidup atau merasa kesepian, manosphere menawarkan komunitas yang terlihat menerima mereka. Sayangnya, yang diberikan bukan dukungan sehat, melainkan indoktrinasi perlahan terhadap pemikiran beracun.
"Anak laki-laki yang merasa tersesat atau terputus secara emosional mencoba mencari struktur dan makna secara online, tapi mereka menemukannya di tempat yang salah," jelas Pamela Walters.
Menurutnya, perjalanan bisa dimulai dari video motivasi tentang kepercayaan diri, lalu perlahan bergeser ke konten yang menyatakan bahwa perempuan itu manipulatif atau bahwa masyarakat telah berbalik melawan pria.
Cynthia Edwards-Hawver, PsyD, psikolog berlisensi, menambahkan bahwa manosphere bekerja dengan cara halus tapi sangat strategis. "Sering kali dimulai dari video YouTube yang tampaknya tidak berbahaya, TikTok tentang menjadi 'pria bernilai tinggi', atau thread Reddit tentang penolakan," katanya.
"Namun di dalamnya tertanam keyakinan bahwa empati adalah kelemahan, perempuan adalah masalah, dan kekuasaan hanya bisa dicapai dengan dominasi emosional," tambahnya lagi.
Hawver juga memperingatkan bahwa ajaran-ajaran ini merusak perkembangan emosional anak laki-laki. "Ketika seorang anak diajarkan bahwa kerentanan adalah kelemahan, bahwa perempuan itu manipulatif, dan bahwa emosi membuatmu 'kurang laki-laki'—yang sesungguhnya mereka pelajari adalah memutus hubungan dengan diri sendiri," ujarnya.
Tanda Anak Terpapar Manosphere
Orang tua mungkin tidak langsung menyadari jika anaknya mulai terpengaruh oleh konten manosphere. Namun, Cynthia Edwards-Hawver menyarankan orang tua untuk waspada terhadap perubahan sikap dan bahasa.
Beberapa tanda yang bisa dikenali antara lain:
- Anak mulai menggunakan istilah seperti "red pill", "alpha", "beta", atau berbicara tentang perempuan dengan nada meremehkan.
- Mengungkapkan pandangan ekstrem tentang perempuan, kencan, atau kekuasaan.
- Menjadi lebih sarkastik, mudah tersinggung terhadap guru perempuan, atau menunjukkan sikap sinis terhadap kesetaraan gender.
- Lebih sering menyendiri, menggunakan internet secara rahasia, atau menghabiskan banyak waktu di Reddit, YouTube, atau Discord.
- Mudah tersulut emosi saat dipertanyakan mengenai konten yang dikonsumsi.
Baca Juga: Berkaca dari Adolescence, Mengapa Toxic Masculinity Mengancam Kehidupan Sosial Remaja?
"Kita tidak bisa lagi mengabaikan apa yang anak-anak kita konsumsi secara online atau bahkan di rumah," tegas Hawver. "Kita harus menyediakan ruang untuk percakapan terbuka tentang rasa hormat, empati, dan bagaimana mengenali manipulasi—baik di layar maupun di dunia nyata."
Istilah-Istilah dalam Manosphere yang Perlu Diketahui
Untuk membantu orang tua memahami dunia ini, berikut beberapa istilah populer yang ada di manosphere:
- Red Pill: Berasal dari film The Matrix, digunakan untuk menggambarkan "kesadaran" bahwa feminisme adalah kebohongan dan perempuan selalu ingin memanipulasi pria.
- Alpha/Beta: Alpha dianggap sebagai laki-laki dominan yang diidamkan; beta dianggap lemah dan tidak menarik.
- Chads: Pria yang sangat menarik dan dominan, sering dipuja atau dibenci.
- Stacys: Perempuan populer dan menarik yang dianggap dangkal dan hanya menyukai "Chads".
- Cuck: Istilah merendahkan untuk laki-laki yang dinilai lemah atau menghormati perempuan.
- Incel (Involuntary Celibate): Laki-laki yang merasa tak mampu mendapatkan pasangan meski menginginkannya—sering dikaitkan dengan ideologi penuh kebencian.
- AWALT (All Women Are Like That): Pandangan bahwa semua perempuan tidak dapat dipercaya atau manipulatif.
- 80-20 Rule: Keyakinan bahwa 80 persen perempuan hanya tertarik pada 20 persen laki-laki.
Fenomena manosphere bukan sekadar tren digital. Ini adalah bentuk indoktrinasi modern yang menyasar remaja laki-laki yang sedang mencari jati diri.
Lewat Adolescence, Netflix membuka mata kita akan bahaya nyata dari dunia maya yang tak terkendali.
Sebagai orang tua, guru, dan masyarakat, penting bagi kita untuk melek akan fenomena ini dan membekali anak-anak dengan empati, logika, dan kemampuan berpikir kritis agar mereka tidak tersesat dalam kabut maskulinitas beracun.
Baca Juga: Krisis Maskulinitas dan Bahaya Internet: Alasan Guru dan Orang Tua Perlu Nonton Adolescence
(*)