Jenis Kelainan Seksual yang Membuat Seseorang Rentan Jadi Pelaku Pelecehan

Saras Bening Sumunar - Selasa, 15 April 2025
Jenis kelainan seksual yang membuat seseorang rentan jadi pelaku pelecehan.
Jenis kelainan seksual yang membuat seseorang rentan jadi pelaku pelecehan. Rattankun Thongbun

Parapuan.co - Kasus kekerasan seksual yang melibatkan Priguna Anugerah Pratama, seorang dokter residen anestesi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menjadi sorotan nasional. Saat ini, kasus kekerasan seksual tersebut masih terus bergulir.

Bukan itu saja, pihak kepolisian juga menduga pelaku memiliki dorongan seksual menyimpang dan tengah menunggu hasil evaluasi psikologis untuk mengonfirmasi hal tersebut. Meski kasus ini menjadi perhatian karena pelakunya adalah tenaga medis, di sisi lain, kejadian ini juga membuka ruang diskusi lebih luas tentang gangguan seksual dalam konteks medis, bukan hanya hukum.

Gangguan seksual ini juga bisa disebut dengan istilah parafilia. Parafilia merujuk pada ketertarikan seksual terhadap objek, situasi, atau individu yang tidak biasa, termasuk yang tidak dapat memberikan persetujuan seperti anak-anak.

Meski demikian, parafilia tidak selalu berarti gangguan. Diagnosis gangguan parafilik baru dapat ditegakkan jika fantasi atau perilaku tersebut menyebabkan penderitaan siginifikan, mengganggu fungsi sosial, atau melibatkan orang lain tanpa persetujuan.

Bisa diartikan, tidak semua penyimpangan seksual adalah kejahatan. Namun, saat dorongan ini dilakukan tanpa persetujuan atau membahayakan orang lain, maka itu sudah termasuk ranah kriminal.

Jenis-Jenis Parafilia yang Perlu Diketahui

Merujuk dari laman Kompas.com, ada beberapa jenis gangguan parafilik yang rentan membuat seseorang menjadi pelaku pelecehan dan kekerasan seksual, misalnya:

Eksibisionistik: dorongan untuk memperlihatkan alat kelamin kepada orang asing.

Voyeuristik: keinginan mengintip orang lain saat telanjang atau berhubungan seksual.

Baca Juga: Pelecehan Seksual di KRL: Kronologi dan Cara Melawan di Ruang Publik

Frotteuristik: menyentuh atau menggesekkan alat kelamin ke orang lain tanpa izin, sering terjadi di tempat ramai.

Pedofilia: ketertarikan seksual terhadap anak-anak yang belum pubertas.

Fetishistik: gairah seksual muncul dari objek non-hidup, seperti sepatu atau pakaian dalam.

Transvestik: kepuasan seksual dari mengenakan pakaian lawan jenis.

Masokisme seksual: kesenangan dari rasa sakit atau penghinaan terhadap diri sendiri.

Sadisme seksual: kenikmatan seksual diperoleh dengan menyakiti atau mempermalukan orang lain.

Bagaimana Penanganan Gangguan Seksual?

Gangguan parafilik bisa dikelola melalui terapi psikologis seperti terapi kognitif perilaku. Dalam beberapa kasus, pengobatan farmakologis juga bisa digunakan untuk mengurangi dorongan seksual yang tidak terkendali.

Bila seseorang merasa memiliki fantasi seksual yang menyimpang dan tidak mampu mengontrolnya, langkah terbaik adalah berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Semakin cepat ditangani, semakin besar kemungkinan untuk mencegah perilaku yang berisiko membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Baca Juga: KemenPPPA Turut Kawal Kasus Kekerasan Seksual yang Melibatkan Oknum Kepolisian

(*)