Parapuan.co - Setiap tahunnya, 21 April diperingati sebagai Hari Kartini, dibuat untuk mengenang perjuangan sang pahlawan dalam pemberdayaan perempuan. Pada masanya, pergerakan perempuan dibatasi. Mereka tidak diperbolehkan belajar di luar rumah hingga menduduki jabatan dalam masyarakat.
Saat itu, perempuan hanya diperbolehkan untuk menikah, memiliki keturunan, dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Alhasil, situasi tersebut membuat perempuan terkungkung dan mengalami penindasan.
Padahal, banyak potensi yang bisa digali dari dalam diri perempuan. Menyadari hal tersebut, Kartini berjuang agar hak perempuan terpenuhi dan membuat merea keluar dari kesengsaraan. Kartini bahkan berhasil mengubah kedudukan perempuan yang mulanya dianggap lemah menjadi tangguh.
Sayangnya, perjuangan Kartini dalam mengupayakan hak-hak perempuan terhenti setelah dirinya meninggal dunia di usia 25 tahun. Kartini berpulang setelah melahirkan anak laki-laki pertamanya, diduga karena mengalami preeklampsia.
Bicara tentang preeklampsia, Ikatan Dokter Indonesia menyebut bahwa masalah kesehatan ini disebabkan karena berbagai faktor yang cukup kompleks, yakni hipertensi pada perempuan, perdarahan obstetri, hingga komplikasi non obstetrik.
Apa Itu Preeklampsia?
Preeklampsia adalah suatu kondisi kehamilan yang serius ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan adanya protein dalam urine (proteinuria) setelah usia kehamilan 20 minggu. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, terutama ginjal dan hati.
Ada beberapa situasi yang menunjukkan jika ibu hamil mengalami preeklampsia seperti:
- Sakit kepala berat yang tidak tertahankan. Ibu juga mungkin mengalami gangguan penglihatan, contoh pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya.
Baca Juga: 7 Jenis Kebaya Ikonik untuk Perempuan Tampil Anggun di Hari Kartini