Parapuan.co - Setiap kisah cinta dalam rumah tangga pada akhirnya akan melewati masa ketika ilusi indah mulai runtuh dan ketidaksempurnaan tampak nyata. Setelah euforia awal hubungan mereda, kebiasaan sehari-hari mulai terlihat jelas, romansa yang membara mulai mendingin, dan "bahagia selamanya" tak lagi terasa seperti dongeng yang sempurna.
Dalam pernikahan yang sehat, kekaguman, komitmen, dan persahabatan mendalam tetap bertahan meski cinta tidak lagi menggebu-gebu seperti awal hubungan. Namun, bagaimana jika setelah fase bulan madu berlalu, yang ditemukan justru disfungsi, ketidakcocokan, bahkan kekerasan emosional?
Lebih parah lagi, bagaimana jika kewarasan dan keselamatan diri mulai terasa terancam? Tak jarang, hal-hal semacam ini justru terlewat oleh kacamata kita dan menjadi toksisitas tersembunyi dalam rumah tangga yang merugikan perempuan.
Lantas, apa tanda-tanda toksisitas dalam rumah tangga yang sering kali tersembunyi namun sangat merugikan, terutama bagi perempuan? Simak informasinya seperti melansir Oprah Daily!
1. Suara Perempuan Dibungkam
Dalam rumah tangga yang toksik, perempuan sering kali merasa tidak "diizinkan" menyuarakan pikiran dan perasaan mereka. Jika pun diberi kesempatan, suara mereka dibungkam oleh pasangan yang lebih dominan.
Dr. Karen Phillip, psikoterapis konseling, menyatakan, "Pasangan yang sehat tidak pernah mengabaikan perasaan, pemikiran, atau pendapat pasangannya, dan tidak pernah memberitahu apa yang harus dilakukan, dikatakan, atau dipikirkan oleh pasangannya."
2. Kehilangan Kendali atas Kehidupan Sehari-hari
Jika kamu mulai memilih pakaian, berbicara, atau bersosialisasi demi menghindari kemarahan pasangan, itu adalah sinyal toksisitas. Katie Hood, CEO One Love Foundation, menyebutkan, "Jika kamu merasa menjalani hidup dalam ketegangan yang konstan demi menghindari reaksi negatif pasangan, itu pertanda kuat bahwa kamu berada dalam hubungan yang beracun."
Baca Juga: Benarkah Memahami Love Language Pasangan Bisa Membuat Hubungan Lebih Harmonis?