Tujuan Terkait

Maybelline Gaungkan Brave Together, Dobrak Stigma Kesehatan Mental di Arisan Parapuan

Arintha Widya - Kamis, 24 April 2025
Brave Together, langkah Maybelline New York mendobrak stigma kesehatan mental.
Brave Together, langkah Maybelline New York mendobrak stigma kesehatan mental. PARAPUAN/Fachri Ginanjar

Parapuan.co - Isu kesehatan mental beberapa tahun belakangan semakin banyak diperbincangkan. Seiring dengan itu, muncul pula berbagai stigma mengenai kesehatan mental, mulai dari anggapan kecemasan disebabkan kurang bersyukur, depresi karena tidak dekat dengan Tuhan, dan masih banyak lagi.

Dalam upaya mendobrak stigma tentang kesehatan mental, Maybelline New York menghadirkan inisiatif global bertajuk Brave Together. Kampanye Brave Together inipun diungkap pula bersamaan dengan Arisan Parapuan bertajuk "When Life Gives You Issues: Perempuan Berani Bicara Kecemasan dan Depresi" di rangkaian acara Kartini Kini 2025, Rabu (24/4/2025) kemarin.

Melalui kampanye ini, brand kecantikan ternama tersebut tidak hanya ingin memperkuat rasa percaya diri secara fisik melalui produk makeup, tetapi juga dari sisi dalam: kesehatan mental.

Lantas, seperti apa bentuk kampanye Brave Together Maybelline yang didukung PARAPUAN ini? Simak informasinya sebagaimana diungkap Quincy Meilisa, Sr. Brand Experience & Community Manager Maybelline New York.

Mengapa Brand Kecantikan Peduli pada Kesehatan Mental?

Banyak yang bertanya-tanya mengapa brand kosmetik seperti Maybelline terjun dalam isu kesehatan mental. Quincy, perwakilan dari Maybelline New York Indonesia, menjawab bahwa kepercayaan diri tidak hanya soal penampilan luar. "Kami juga sangat menyadari bahwa percaya diri enggak sehat kalau dalamnya itu enggak terawat," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa banyak orang terlihat baik-baik saja dari luar, namun rapuh di dalam. "Kesannya kayak yaudahlah namanya hidup, jadi tampak luarnya baik tapi sebenarnya dalemnya itu sering merasa sendirian," ujarnya lagi.

Data Menunjukkan Urgensi

Berdasarkan riset Maybelline New York bersama IPSOS pada tahun 2021, ditemukan bahwa 6 dari 10 orang di Indonesia pernah mengalami kecemasan atau depresi, namun hanya 15% yang mencari bantuan profesional.

Baca Juga: Talkshow Arisan Parapuan, Mengupas Kecemasan dan Depresi Perempuan

Penulis:
Editor: Arintha Widya

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.