Parapuan.co - Kata thrifting sudah tidak asing lagi di telinga kita.
Menurut yang ditulis Kompas.com, thrifting merupakan tindakan membeli barang bekas yang masih layak dipakai guna menghemat pengeluaran dan membantu ekologi dengan mengurangi limbah tekstil.
Tapi, apa hanya itu saja tujuan orang thrifting di hari ini?
Parapuan mendapat kesempatan menanyai Tiara, owner dari @tiarooms_ (Instagram), salah satu online thrift store yang lagi booming di Instagram.
View this post on Instagram
Menurut owner dari thrift store yang mostly menjual bustier dan vintage bags ini, keadaan pandemi yang disebabkan oleh COVID-19 ini membuat orang-orang punya banyak waktu untuk online and check out online stores yang ada.
Selain itu, awareness tentang slow and fast fashion sangat booming sekarang, jadi semakin banyak orang yang tertarik untuk thrifting daripada beli baju di mall atau toko-toko yang ada.
Tak hanya itu, fast fashion biasanya bermodel trendy, sehingga mudah datang dan pergi. Jadi, banyak orang yang membuang baju yang sudah tidak dipakainya, sehingga menambah sampah, limbah dan polusi.
Tiara menambahkan bahwa fast fashion adalah the second biggest pollution maker di dunia.
Sementara slow fashion, menurut Stylo, lahir sebagai sebuah inovasi sekaligus langkah menuju sustainable fashion di tengah cepatnya arus tren di dunia mode.
"Slow fashion requires the process and mostly come from home made artisans." kata Gung Nino, seorang creative director sekaligus fashion stylist dari Yogyakarta.
View this post on Instagram
Memangnya, apa sih kelebihan thrifting daripada belanja di mall? Menurut Gung Nino, tentu saja karena murah.
Namun, pria berusia 24 tahun ini menambahkan, "Knowing that we help avoid certain polluting because of the fashion industry is kind of satisfying!"
Tak lupa juga, kepuasan tersendiri yang didapatkan karena tidak semua orang bisa mendapatkan barang yang kita beli dari hunting di thrift store.
Gak ada lagi deh, malu karena baju kembar!
Bicara soal thrifting pasti yang kepikiran adalah harga murah, padahal belum tentu, lho!
Sekarang banyak barang yang dijual dengan harga sama atau bahkan lebih mahal dari barang baru.
Mengapa? Tiara bilang, effort si seller dalam mendapatkan barang tersebut, yang seringkali rare, itu menjadi harga tersendiri.
Belum lagi foto katalog, packaging, dan lain lain.
At the end of the day, itu tergantung pasarnya.
Nowadays banyak yang tidak memikirkan harga karena memang sudah fix ingin barang tersebut. Apalagi, branded stuff itu walaupun thrifted pasti kondisinya masih oke. Ada harga, ada muka.
What will become the future of thrifting?
Kita bisa hanya menebak-nebak. Dengan adanya pandemi ini, pasti banyak orang yang mencari penghasilan tambahan dengan berbisnis, salah satunya adalah bisnis thrift.
Dan jaman sekarang ini banyak orang dan influencer, bahkan selebritis yang raise awareness tentang isu-isu relevan, termasuk global warming dan the pollution caused by the fashion industry.
We can only hope that people will continue to thrift not only to be more fashionable and unique, but to save this earth. (*)