Parapuan.co – Perilaku negatif umumnya kita kenal terjadi pada anak usia praremaja atau remaja.
Istilah perilaku negatif itu identik dengan sikap memberontak dan tidak bersahabat.
Namun perlu diketahui kalau perilaku negatif juga bisa muncul pada anak kecil bahkan batita.
Shocking? Hehe, mari kita telaah lebih dalam ya, Kawan Puan.
Baca Juga: Ini 4 Langkah Bantu Anak Atasi Depresi dan Kecemasan Selama Pandemi
Ketika anak berperilaku negatif, Kawan Puan yang sudah memiliki anak pasti bingung bagaimana cara untuk menghadapinya.
Namun sebelum mengetahui cara tepat menangani perilaku negatif anak, ada baiknya ketahui terlebih dahulu penyebabnya.
Perilaku negatif pada batita muncul karena ia belum bisa mengungkapkan ketidaknyamanannya dengan kata-kata.
Sebenarnya apa penyebab ketidaknyamanan itu?
Secara ilmu psikologi ada banyak penyebabnya, jika dibagi maka ada penyebab dari dalam diri dan di luar diri dari si anak.
Faktor Emosi
Faktor dari dalam diri anak berhubungan dengan masalah emosi atau perasaan.
Emosi dari anak itulah yang mendorong anak berperilaku negatif dalam bentuk berteriak, menangis, ngambek.
Baca Juga: 6 Tips Membesarkan Anak ala Kareena Kapoor Agar Anak Sehat Bahagia
Prinsipnya, pada saat dia merasa tidak senang dengan sesuatu hal.
Si batita merasa tidak nyaman dengan berbagai emosi negatif yang sedang dirasakan sekaligus tidak tahu bagaimana cara mengatakannya.
Bahkan tidak mengerti apa yang sebenarnya dia rasakan.
Akibatnya muncul tindakan fisik untuk mengatasinya.
Misalnya saja, dia marah kepada batita lain tetapi dia tidak bisa bilang, “Saya kesal karena kamu diam saja meski diajak bermain”.
Akhirnya, si batita pun memukul untuk menunjukkan kekesalannya.
Energi Berlebih
Namanya batita, tentu saja dia memiliki energi ekstra dalam beraktivitas.
Seakan-akan dia tidak ada rasa capek dalam bergerak.
Tetapi energi yang berlebih jika tidak disalurkan secara tepat dapat menyebabkan perilaku negatif, khususnya dalam hal ini berupa agresivitas.
Baca Juga: Simak 5 Tips Memilih Sepatu untuk Si Kecil yang Aktif Bergerak
Melalui sikap agresifnya, secara tak langsung Si Kecil mengeluarkan energinya itu karena agresivitas membutuhkan banyak energi.
Penyebab lainnya adalah ketika batita harus memusatkan perhatian secara penuh selama beberapa waktu.
Dan kalau waktu itu sudah semakin lama dan melampaui batas waktu kemampuan anak, itu juga berperan dalam munculnya agresivitas.
Anak usia 1,5 tahun sebenarnya belum bisa berkonsentrasi penuh lebih dari 15 menit.
Jadi, kalau Kawan Puan menyuruhnya diam, biasanya mereka akan gelisah.
Kegelisahan ini lalu muncul dalam bentuk menangis atau bahkan merusak.
Egosentrisme
Egosentrisme pada anak kecil bukanlah sesuatu yang bermakna “egois” pada orang dewasa.
Pada anak batita, egosentrisme adalah ketidakmampuan anak untuk memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Dan anak usia batita (1 hingga 3 tahun) memang berada dalam fase egosentris, sebab dia masih sulit untuk memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Jadi kalau si batita ingin mainan, ya diambil lah mainan tersebut.
Dia tidak peduli mainan itu milik orang lain dan tidak mau tahu apabila orang itu tidak memberikan mainannya kepadanya.
Baca Juga: Ajak Anak Rutin Berolahraga Bisa Tumbuhkan Rasa Kepercayaan Dirinya
Jadi egosentrisme bisa saja turut berperan dalam perilaku negatif, tetapi bukan sumber penyebabnya.
Sebab, semua anak batita umumnya memang masih egosentris, namun tidak semua anak usia ini kerap berperilaku negatif.
Maka dari itu, sebaiknya pahami dulu apa penyebab batita berperilaku negatif.
Jika sudah, ketahui langkah berikutnya bagaimana cara untuk menanganinya dengan tepat. (*)