Mengekspresikan Penyesalan
Sebenarnya, bahasa maaf yang kita lontarkan ini mengacu pada cara kita mengekspresikan penyesalan dan/atau cara kita menebus kesalahan. Hal ini pertama kali dikemukakan oleh Gary Chapman, PhD dalam buku yang ia tulis bersama Jennifer Thomas, yaitu The Five Languages of Apology.
Para ahli menekankan bahwa kita semua memiliki preferensi tentang bagaimana kita memberi dan menerima permintaan maaf. Jika dijabarkan lebih rinci, bahasa yang kita pilih untuk meminta maaf sebenarnya berkaitan dengan masa kecil kita.
"Saat masih anak-anak, kita semua mempelajari berbagai cara untuk meminta maaf dan menerima permintaan maaf ketika terjadi pelanggaran dalam hubungan kita dengan orang lain," ungkap Gretta Duleba, seorang terapis berbasis di Seattle.
Beberapa dari kita tidak pernah belajar meminta maaf sama sekali, sementara yang lain belajar untuk menekankan penyesalan, reparasi, atau empati.
Jenis-Jenis Bahasa Maaf
Dilansir dari Verilymag dan Cosmopolitan, Chapman mengatakan bahasa maaf adalah bahasa yang kita gunakan ketika meminta maaf kepada orang lain. Dalam buku Gary Chapman dan Jennifer Thomas berjudul The Five Languages of Apology, terdapat 5 jenis bahasa maaf.
1. Mengekspresikan Penyesalan
"Saya merasa malu atas perbuatan saya yang menyakiti kamu"
Bagi kebanyakan orang, permintaan maaf harus mengucapkan kata-kata maaf. Tetapi bagi sebagian orang, meminta maaf berarti melihat orang menyesal telah melukai kita.
2. Menerima Tanggung Jawab
"Saya merasa bersalah karena melakukan hal itu pada kamu. Kalau begitu, lebih baik kita...."
Orang dengan jenis bahasa maaf ini merasa alasan tidak mengubah fakta bahwa seseorang telah melakukan kesalahan dan menyakiti orang lain.
Sebetulnya, jenis bahasa maaf ini mirip dengan jenis mengekspresikan penyesalan. Namun, bagi bahasa maaf jenis ini harus disertai rasa bersalah dan konsekuensi setelahnya.
3. Tidak Mengulangi Kesalahan
"Saya membayangkan bagaimana luka yang disebabkan oleh saya, maafkan saya. Saya tidak akan melakukannya lagi. Saya akan melakukannya dengan cara berbeda di lain waktu"
Bagi sebagian dari kita, permintaan maaf yang tulus mengharuskan orang tersebut mengungkapkan keinginannya untuk tidak pernah menyakiti hati dengan cara itu lagi.
Orang yang bahasa maafnya jenis ini menginginkan permintaan maaf yang tulus dan mengharuskan orang tersebut mengungkapkan keinginannya untuk tidak pernah mengulang kesalahan tersebut.
Chapman dan Thomas menyarankan untuk orang dengan bahasa maaf jenis ini agar memberi tahu orang yang meminta maaf tersebut akan berubah dan juga memastikan bahwa tidak melakukan kesalahan itu lagi.
Baca Juga: Duh! Pasangan Ketahuan Selingkuh, Ini 4 Langkah untuk Mengatasinya