Parapuan.co - Dewi 'Dee' Lestari meluncurkan buku terbarunya versi cetak Rapijali pada 28 Februari 2021 lalu.
Dengan adanya Rapijali versi cetak yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka ini, kamu bisa menikmati keseluruhan cerita Ping dalam bentuk cetak nih, Kawan Puan.
Dalam peluncuran versi cetak Rapijali, Dee bercerita bahwa terciptanya Rapijali tidak terlepas dari keterlibatannya di dunia musik.
Baca Juga: Asyik! Dewi Lestari Akan Merilis Rapijali 2 Pertengahan Tahun Ini
Dunia Band yang Menarik
Dee mengungkapkan bahwa format band dipilih untuk tulisannya lantaran langkanya format band di industri musik saat ini.
"Sekarang kalau kita lihat artis ngetop yang top 10 atau top 15 kalau dibandingkan dengan tahun 90an atau 2000an jumlah band itu berkurang drastis", ujar Dee.
Dee juga bilang, banyak pelajaran dari ngeband yang tidak bisa didapatkan di tempat lain, "Karena beda banget mentalitas kita sebagai vokalis atau solois sama kalo ngeband" ujarnya.
Tak hanya melihat keadaan industri musik sekarang, Dee juga melihat format band memiliki berbagai sisi yang menarik serta drama yang dapat dikulik.
"Ngeband ini memang lebih punya banyak cerita kalau secara drama. Dia kan ada intrik-intriknya antar karakter.
Atau mungkin naksir-naksiran kalau ada yang saling suka dalam satu band, secara drama dia lebih bisa diolah" ucap Dee menjelaskan.
Lalu, Dee pun ada keinginan untuk mengembalikan romantisme di dalam band melalui buku Rapijali yang ditulisnya sejak lulus SMA dulu.
"Karena rasanya kok sekarang ini udah jarang ajang-ajang perlombaan band juga udah hampir enggak ada" tambahnya.
Akrab dengan Musik
Cerita tentang musik yang diusung dalam Rapijali ini juga tak jauh dari kehidupan Dee.
Disamping menulis, Dee merupakan anggota dari trio vokal RSD (Ria, Sita, Dewi). Ia juga pernah menjadi backing vocal Iwa K, Java Jive, dan Chrisye.
Selama remaja, Dee juga sering aktif dalam kegiatan musik, salah satunya bermain musik dalam band.
"Yang namanya ngeband pernah jadi obsesiku. Kayaknya kalo nggak ketemu RSD mungkin sekarang aku bakal berakhir jadi pemain band.
Karena dulu band segalanya banget buatku gitu ya. Seneng banget yang namanya ngeband" ujarnya.
View this post on Instagram
Baca Juga: Wah, Ternyata Menulis Jurnal Harian Punya Manfaat untuk Kesehatan Mental
Dalam Instagram pribadinya, Dee menunggah foto ketika ia tampil bersama bandnya pada saat Dee SMA, yakni pada tahun 1991.
"Nongkrong sama anak band selalu yang paling seru, penuh canda gila, ketawa sampai sakit perut. Kongkownya seringkali lebih seru daripada bermusiknya!????
Makanya, qu sungguh bahagia bisa menumpahkan kesan dan kenangan ngeband lewat #Rapijali.
This is the first book where I can explore and express my musicality through the lens of fiction." ujarnya dalam caption.
Ketertarikan Dee dengan dunia musik juga tidak terlepas dari keluarganya. Dee tumbuh di keluarga yang gemar bermain musik.
Ayah Dee adalah seorang tentara yang belajar piano secara otodidak. Sang ayah mendukung penuh kegiatan bermusik anaknya sejak kecil.
"Bapak tuh bela-belain. Pokoknya dirumah tuh harus ada piano, harus ada alat-alat musik. Kami dikasih kursus musik, aku les piano.
Terus kakakku belajar biola, yang satu lagi belajar flute, cello, abangku belajar drum. Pokoknya alat musik tuh bergelimpangan di rumah. Udah bukan sesuatu yang aneh," cerita Dee.
Baca Juga: Selera Musik Ternyata Pengaruhi Kesan Pertama dalam Berkencan, Lho!
Pengaruh musik itu pun dibawa Dee dalam membuat buku-bukunya. Dee bercerita bahwa ia kerap kali memerhatikan bunyi kalimat yang ia buat.
"Itu mungkin ketika aku nulis lagu. Lirik itu kan memang faktor penting dalam sebuah lagu ya, bisa dibilang lirik adalah nyawanya lagu.
Jadi ketika aku menulis pun aku selalu mencoba gimana caranya bunyi kalimat itu enak didengar, merdu, setidaknya didalam pendengaranku," ujar kakak dari Arina Mocca tersebut.
Nah, Kawan Puan di sini tertarik kah untuk baca musik dari sisi Dee? Pasalnya, Dee bahkan menulis lagunya sendiri di Rapijali, lho. (*)