Parapuan.co - Siapa Kawan Puan yang pernah menguap lebar-lebar sebagai salah satu upaya untuk mengurangi rasa kantuk?
Memang terasa lebih segar dan rasa kantuk ataupun suntuk berkurang. Namun, hati-hati ya Kawan Puan karena hal ini bisa berbahaya.
Pasalnya, menguap secara berlebihan dan terlalu lebar bisa berakibat fatal dan ujungnya bisa menjadi dislokasi rahang, lho.
Baca Juga: Tak Perlu Panik, Ini 6 Cara untuk Membantu Tetangga yang Positif Covid-19
Salah satu dampak buruknya secara langsung ialah Kawan Puan tidak bisa menutup mulut setelah menguap terlalu lebar dan berlebihan.
Melansir dari Tabloid Nova Edisi 1712, dr. Helmiya Kuswarhana, SpOT., dokter spesialis orthopedi dan trauma pernah mendapatkan pasien yang mengalami hal tersebut.
Namun, hal ini tentu menjadi pertanyaan, kenapa bisa? Pasalnya, menguap tampak tak bisa dihindarkan ketika kita mengantuk.
Apa itu dislokasi rahang?
Dislokasi rahang terjadi karena adanya kelemahan otot, ligamen, dan kapsul di daerah sendi TMJ (temporo-mandibular joint) yang akan memengaruhi posisi rahang.
Gejala klinis yang paling umum adalah ketidakmampuan untuk menutup rongga mulut, kesulitan berbicara, air liur menetes, dan inkompetensi bibir.
Alhasil, kondisi ini meregangkan ligamen dan otot yang memicu nyeri orofasial (nyeri pada area rongga mulut, wajah, maupun leher) lokal yang intens.
Baca Juga: Mudah Diolah dan Murah, Ini 6 Manfaat Terong yang Jarang Diketahui
Sedihnya, kejadian dislokasi rahang sekarang ini mungkin terjadi pada semua usia karena kebiasaan buruk melakukan tertawa atau menguap secara berlebihan.
“Seharusnya pada usia tua, tapi karena kebiasaan anak muda sekarang yang terlalu over, misalnya suka ketawa ngakak.
Apalagi kalau mereka lagi kumpul bareng teman-teman. Sehingga bisa (terjadi, red.) dislokasi rahang,” jelas dr. Helmi.
Namun, apakah penyebab diskolasi rahang karena tertawa dan menguap secara berlebihan aja?
Faktor dislokasi rahang?
Faktor pertama, karena adanya riwayat trauma, seperti kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan olahraga, ditinju, atau riwayat dislokasi sebelumnya.
Faktor kedua, adanya over aktivitas seperti menguap terlalu lebar, tertawa terlalu ngakak, menggigit makanan yang ukuran lebih besar dari mulut, menggigit makanan yang keras, hingga kejadian muntah hebat.
Faktor ketiga, dislokasi rahang bisa dipicu oleh adanya penyakit bawaan seperti epilepsi.
Baca Juga: Mengenal Covid Arm, Efek Samping yang Muncul Usai Dapat Vaksin Covid-19
Sayangnya, tidak ada perawatan rumah yang bisa dilakukan apabila kondisi ini kamu alami. Kawan Puan disarankan untuk segera menemui dokter.
Bukan tanpa sebab, jika tak segera ditangani, kondisi dislokasi bisa mengakibatkan pembengkakan otot.
Jika sudah begini, penanganan harus dilakukan di kamar operasi untuk dilakukan pembiusan serta diberi relaksan otot.
Meski begitu, setelah dikembalikan ke posisi semula, posisi tulang rahang masih harus dipertahankan menggunakan perban kepala selama tiga hari.
Makanya lebih baik mencegah daripada mengobati bukan? Apalagi di masa pandemi ini kita amat menghindari yang namanya masuk rumah sakit.
Jadi, hindarilah aktivitas yang bisa membuat rahang kamu cedera ya. Tidak perlu menguap sampai berlebihan dan terlalu lebar jika mengantuk. (*)