Tagar #WomenSupportingWomen
Mengenai tagar #womensupportingwomen yang dikemukakan Hannah, tagar ini sempat ramai di media sosial pada tahun 2020 lalu.
Dilansir dari Kompas.com, tagar tersebut muncul dari isu perempuan saling mendukung sesama perempuan.
Isu tersebut melibatkan para perempuan di seluruh dunia untuk mengunggah foto monokrom di media sosial, khususnya Instagram.
Dalam captionnya, orang yang mengikuti tantangan ini menulis 'tantangan diterima' beserta tagar #womensupportingwomen.
Gerakan #WomenSupportingWomen diikuti ribuan orang.
Mereka menyampaikan dukungan, rasa terima kasih, dan doa kepada sesama perempuan di kolom keterangan foto mereka.
Beberapa seperti Gabrielle Union, Kristen Bell dan Kerry Washington juga mengikuti tantangan ini.
Tagar #womensupportingwomen ini juga dipakai ketika mendukung sesama perempuan ketika ada yang membutuhkan.
Menjadi Kuat dengan Saling Mendukung
Sejalan yang dikemukakan Hannah, perempuan kerapkali saling menjatuhkan dibanding saling mendukung.
Dikutip dari Rappler.com, menurut seorang sosiolog di Clayman Institute for Gender Research, Marianne Cooper, ia mengatakan bahwa mengapa perempuan saling menjatuhkan sesamanya.
Studi menunjukkan bahwa hal itu disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor lingkungan dan kurangnya solidaritas gender.
Cooper menjelaskan bahwa perempuan tidak saling menolong karena mereka merasa adanya konotasi buruk dalam perempuan.
Sebagai contoh, jika perempuan bekerja di lingkungan yang dominan laki-laki, lingkungan tersebut akan memiliki stereotip yang kurang baik tentang perempuan (tidak kompeten, emosional, banyak drama, dll).
Dalam kasus ini, perempuan lain yang ada di lingkungan tersebut cenderung membatasi dirinya untuk membantu perempuan lain.
Dilansir dari MBGMindfulness, Nancy O'Reilly, penulis dari buku Leading Women: 20 Influential Women Share Their Secrets to Leadership mengatakan sangat penting untuk mendukung sesama perempuan.