Dianggap Tidak Berharga, Menjadi Salah Satu Penyebab Inner Child Terluka, Ini Penjelasannya!

Tentry Yudvi Dian Utami - Kamis, 11 Maret 2021
Upset small schoolgirl having trustful conversation with compassionate young mother, sitting together on sofa. Wise mommy comforting soothing little child daughter, overcoming problems at home.
Upset small schoolgirl having trustful conversation with compassionate young mother, sitting together on sofa. Wise mommy comforting soothing little child daughter, overcoming problems at home. fizkes

Parapuan.co  - Seiring bertambahnya usia, ada banyak emosi, karakter, dan perilaku kita yang rupanya dipengaruhi oleh pengalaman hidup kita di masa kecil.

Pengalaman hidup di masa kecil inilah yang disebut dengan inner child. Dan, semua yang kamu alami saat dewasa, inner child ini bisa menjadi jawabanmu.

Menurut Anastasia Satriyo sebagai psikolog anak, inner child ini dipopulerkan oleh tokoh psikolog terkenal, Carl Jung. Dalam konsepnya, dia percaya bahwa setiap manusia saat dewasa membawa pengalaman hidup di masa kecil. Baik pengalaman buruk atau baik.

Baca Juga: Anak Mulai Bosan di Rumah Saja? Ajak Ia Lakukan 5 Aktivitas Seru Ini!

“Dari perspektif neuroscience/neuropsikologi tentang perkembangan otak manusia, di masa anak-anak pengalaman yang dialami anak, maupun pengalaman interaksi dengan orangtua/orang dewasa/guru di saat kita masih masa anak-anak, terutama 0-7 tahun. Di usia ini pengalaman sangat tersimpan kuat dan membekas di otak/sistem syaraf,” jelas Anastasia kepada PARAPUAN.

Oleh sebab itu, inner child ini membawa semua pengalaman hidup kita seperti luka emosi dari psikologis, kekuatan psikologis, kegembiraan, dan harapan yang kita alami di masa anak-anak.

Hanya saja, seiring proses evolusi manusia, otak manusia rupanya lebih mudah mengingat hal negatif dibandingkan positif. Hal inilah yang membuat pengalaman di masa kecil sangat membekas dibandingkan pengalaman menyenangkan. 

Lalu, siapa saja yang rentan memiliki inner child menyakitkan?