Parapuan.co - Nama Aprilia Santini Manganang kini sedang banyak diperbincangkan publik.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) TNI, Jenderal Andika Perkasa resmi mengumumkan bila Sersan Dua (Serda) Aprilia Manganang adalah laki-laki.
Mengutip dari Nakita.id, dalam konferensi pers-nya, KSAD Andika Perkasa menyampaikan kesaksiannya setelah Aprilia Manganang resmi menjalani pemeriksaan dan juga perubahan jenis kelamin di RSPAD Gatot Soebroto.
Diketahui bahwa sejak lahir Aprilia Manganang mengidap hipospadia.
Mantan atlet voli putri Indonesia Aprilia Manganang kurang beruntung dan tidak mendapatkan perawatan atau pemeriksaan lebih hingga usianya yang ke-28 tahun karena keterbatasan ekonomi keluarganya.
Baca Juga: Kenali Hipospadia, Kelainan Medis yang Dialami Aprilia Manganang
Sampai pada akhirnya, mantan atlet voli putri Indonesia ini menjalani pemeriksaan guna memastikan jenis kelaminnya.
Setelah dilakukan berbagai rangkaian pemeriksaan, hasil menunjukkan bahwa Manganang merupakan seorang pria yang mengidap hipospadia.
"Kemudian pemeriksaan hormonalnya juga begitu, hormonalnya normal, hormon testosteronnya juga diukur sehingga secara faktual dan ilmiah kita bisa meyakini, bahwa Manganang lebih memiliki hormonal yang masuk kategori normal, laki-laki. Pemeriksaan radiologi MRI juga menyatakan hal yang sama," ucap KSAD mengutip dari YouTube Official iNews.
Kini, Aprilia Manganang tengah menjalani perawatan dan akan segera kembali menjalani operasi terakhir dari proses perubahan jenis kelamin.
Aprilia Manganang sendiri sudah cukup banyak dikenal publik sebagai seorang atlet voli andalan Indonesia yang tergabung dalam tim nasional (Timnas) putri.
Sosoknya memang sempat beberapa kali menjadi kontroversi karena perawakannya yang tinggi besar dan kekar bak seorang laki-laki.
Karena bentuk fisiknya yang tak seperti kebanyakan perempuan ini, Aprilia Manganang juga sempat menjadi viral beberapa tahun lalu.
Bahkan keaslian gendernya sempat diragukan saat pertandingan SEA GAMES 2015 lalu dan beberapa pertandingan lain.
Selain pada event Sea Games Aprilia mendapat pertentangan tentang jenis kelaminnya, pada pertandingan di Liga Bola Voli Indonesia tahun 2011 dan 2013 juga.
Baca Juga: Alami Bulimia Saat Diet Ekstrem, IU Kini Mengikuti Aturan Makan Sehat
Melansir dari Intisari, bila merujuk pada dunia medis, penampilan atlet 26 tahun ini bisa disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik.
Sindroma ovarium polikistik adalah kondisi dimana ovarium menghasilkan terlalu banyak hormon testoteron.
Hormon testosteron biasanya memang memberikan ciri sekunder pada jenis kelamin laki-laki.
Tapi hormon ini juga akan memberikan dampak pada perempuan, baik secara psikologis, fisik, maupun fisiologis.
Perlu diingat, bahwa sesungguhnya perempuan juga memiliki hormon testosteron tersebut di dalam tubuhnya.
Namun dalam jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki.
Sedangkan untuk kasus penampilan atlet voli putri asal Sulawesi yang tampak seperti laki-laki ini mungkin juga disebabkan sindroma ovarium polikistik.
Jika melihat salah satu dampak dari sindrom tersebut adalah munculnya virilisasi.
Kondisi ini membuat seorang perempuan akan memiliki karakteristik maskulin, seperti layaknya seorang laki-laki.
Karakteristik ini bisa terwujud dalam tampilan berupa mengecilnya payudara dan rahim, banyaknya rambut dan bulu di wajah dan tubuh, serta otot-otot tubuh yang membesar.
Baca Juga: Catat! Ini 4 Ciri Kulit Sehat Saat Hamil, Salah Satunya Bebas Jerawat
Meski begitu, kini sudah jelas bahwa Aprilia Manganang memang lah seorang laki-laki setelah menjalani berbagai pemeriksaan.
Mengutip dari laman Urology Health, hipospadia adalah suatu kelainan yang terjadi pada letak lubang uretra bayi laki-laki yang tidak normal.
Jika dalam kondisi normal, lubang uretra berada di ujung penis. Sementara bagi para penderita hipospadia, lubang uretra berada di bagian bawah penis.
Rupanya kelainan hipospadia merupakan cacat lahir yang umum, bahkan ditemukan pada 1 dari 200 bayi laki-laki.
Pada kebanyakan kasus, kelainan hipospadia ialah satu-satunya masalah perkembangan pada bayi pengidapnya dan tak ditemukan adanya kekurangan lain pada kandung kemih ataupun organ lain. (*)