Feminis dan Penulis Asal Mesir, Nawal El Sadawi, Meninggal Dunia

Firdhayanti - Senin, 22 Maret 2021
Feminis, Sastrawan Asal Mesir, Nawal El Sadawi Meninggal Dunia
Feminis, Sastrawan Asal Mesir, Nawal El Sadawi Meninggal Dunia Aljazeera.com

Parapuan.co - Sastrawan, feminis, dan juga aktivis HAM asal Mesir, Nawal El Sadawi meninggal dunia pada Minggu (22/3/2021). 

Melansir Al Jazeera, anaknya, Mona Helmy, mengatakan Nawal El Sadawi meninggal di usianya yang ke-89 di Cairo, Mesir karena penyakit yang dideritannya. 

Selama hidupnya, El Sadawi kerap menyuarakan masalah feminisime dan HAM di Mesir. 

Baca Juga: Hasil Swab Negatif, Tim Indonesia di All England 2021 Dipulangkan Lebih Cepat

Lahir di daerah delta Sungai Nil pada 27 Oktober 1931, El Sadawi terkenal lewat karyanya yang berfokus pada feminisme, kekerasan terhadap perempuan, serta hal-hal yang dianggap tabu dan kontroversial seperti poligami dan praktik sunat pada perempuan. 

Karya-karya El Sadawi tak hanya berpengaruh pada masyarakat Mesir, tetapi juga masyarakat lain di dunia.

Novelnya yang berjudul Perempuan di Titik Nol (1975) sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. 

Dari Kompas.tv, di Indonesia sendiri, novel ini diterjemahkan oleh Amir Sutaarga, seorang ahli permuseuman Indonesia.

Novel El Sadawi ini juga diberi kata pengantar oleh sastrawan Indonesia, almarhum Mochtar Lubis. 

Karyanya yang lain, Memoar Seorang Dokter Perempuan (1990) juga sama menariknya.

Novel yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia pada 1990 ini diberi kata pengantar oleh Toety Heraty Noerhadi.

Memiliki latar belakang pendidikan kedokteran di Universitas Kairo dan bekerja sebagai psikiater, El Sadawi menulis novel ini disertai istilah kedokteran yang dimunculkannya. 

Baca Juga: AstraZeneca Ungkap Vaksinnya Tak Mengandung Produk Turunan Babi

"Kupegang pisau bedah dan kupotong otak itu dalam bagian kecil-kecil, dan bagian-bagian itu kupotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Kuteliti, kuraba-raba dan tak kutemukan apa-apa. Hanya sepotong daging lembut yang hancur dalam genggaman tanganku," tulis El Sadawi dalam Memoar Seorang Dokter Permpuan

"Bila kita telusuri cerita ini, yang spontan, memberontak penuh kemarahan, dengan harapan akan hari esok yang lebih baik, sebetulnya cerita belum selesai. Menerima eksistensi sebagai perempuan atau menolaknya, tetap sarat dilema," tulis Toety dalam kata pengantar di buku tersebut. 

Toety juga mengatakan karya ini berbicara tentang identitas perempuan. 

"Tubuh jadi masalah, memakukan atau sesuatu yang disyukuri? Lelaki jadi masalah, hidup jadi masalah," sambung Toety. 

Telah membuat lebih dari 55 buku, Sadawi pernah dipenjara karena tulisannya.

Ia pernah masuk penjara saat pemerintahan Presiden Anwar Sadat dan dikutuk oleh Al Azhar, pemimpin Islam Sunni di Mesir. 

"Saya menulis dengan Bahasa Arab. Buku saya dalam bahasa Arab dan ada juga yang diterjemahkan. Peran saya adalah untuk mengubah orang-orang saya," ujar El Sadawi yang pernah menghadapi banyak ancaman kematian selama hdupnya. 

Baca Juga: Hari Hutan Sedunia, Pentingnya Menjaga Hutan untuk Generasi Masa Depan

Dari Al Jazeera, El Sadawi dianugerahi penghargaan Inana Internasional Prize di Belgia pada tahun 2005.

Setahun setelahnya, ia menerima penghargaan dari Council of Europe. 

Pada tahun 2020, majalah Time memasukannya ke dalam daftar 100 Women of the Year. 

"Saya bisa menggambarkan hidup saya yang didedikasikan pada menulis. ujar ibu dengan dua anak ini. 

"Terlepas dari rintangan, saya terus menulis," sambung El Sadawi. (*)

 

Sumber: Al Jazeera,Kompas.tv
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati


REKOMENDASI HARI INI

6 Bahan Alami untuk Membantu Mengatasi Masalah Biang Keringat