Tak Mudah! Ini Tantangan Menjadi Ilmuwan Perempuan di Indonesia

Putri Mayla - Senin, 29 Maret 2021
Tak Mudah! Ini Tantangan Menjadi Ilmuwan Perempuan di Indonesia
Tak Mudah! Ini Tantangan Menjadi Ilmuwan Perempuan di Indonesia AzmanL

Parapuan.co – Sejak kesetaraan gender banyak dikampanyekan oleh berbagai pihak, peluang kita untuk berkarier ke berbagai profesi pun semakin terbuka.

Tak terkecuali menjadi ilmuwan, kini sudah perempuan sudah bisa menjadi ilmuwan, lo.

Tapi, sayangnya, profesi perempuan menjadi ilmuwan di Indonesia masih sangat sedikit.

Baca Juga: Dulu Sering Dirundung Kini Jadi Beauty Blogger, Ini Kisah Agnes Oryza dalam Menemukan Jati Diri

Tak Mudah! Ini Tantangan Menjadi Ilmuwan Perempuan di Indonesia
Tak Mudah! Ini Tantangan Menjadi Ilmuwan Perempuan di Indonesia

Inilah yang dirasakan oleh Mutiara Annisa seorang Biomedical Scientist, inisiator Pandemic Talks, dan Dosen di Fakultas Biomedis I3L (Indonesia International Institute for Life Sciences).

Sedari kecil, Muti- bisanya disapa, memang menyukai hal-hal berbau sains. Hingga, akhirnya, perempuan berambut panjang ini memutuskan untuk mengambil biomedical science.

Dia mengambil jurusan ini lantaran ingin bermanfaat untuk orang lain. Untungnya, orangtua Muti mendukung keputusannya dalam berkarier.

Seiring beranjak dewasa dan berkeluarga, kiprah Muti di dunia sains juga didukung oleh suami dan mertuanya.

“Saya dan suami generasi millenial dan melek teknologi, sehingga lebih terbuka dan aware terhadap isu kesetaraan. Dengan itu kami bisa saling mengisi dan berbagi tanggung jawab. Saya juga bisa berkarya dan melakukan banyak hal,” ungkap Muti.

Ia menambahkan, bahwa dunia Science, Technology, Engineering, Mathematic (STEM) didominasi banyak laki-laki. Tidak semua kantor dan lab penelitian sama seperti kantornya di mana jumlah perempuan di atas 50%.

Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan Meningkat, Ini Langkah Yayasan Plan Indonesia Mengatasinya

Tantangan di dunia sains adalah belum menjadi bidang yang seksi dan pekerjaan yang orang kejar, sehingga saingannya ketat.

“Perempuan untuk bisa mendapat posisi sebagai pengambil keputusan di bidang ini, butuh usaha dan kerja keras mungkin di atas laki-laki,” papar Mutia.

Tantangan lain bagi perempuan adalah ketika menjadi seorang ibu, maka mereka harus bisa memiliki work life balance.

Coping strategist untuk menghadapi hal itu yang perempuan bisa lakukan adalah memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dedikasi, dan kerja keras.

Sebab, terkadang banyak perempuan sebenarnya tidak sadar akan potensi dirinya.

Selain itu, lingkungan tempat kerja, bertumbuh, dan rumah kita sendiri harus bisa mendukung perempuan untuk mendapatkan hak-haknya untuk berkarya.

Baca Juga: Tak Hanya Kuliner, Farah Quinn Bagikan 10 Tips Menjadi Wanita Elegan

“Solusi di tempat kerja saat ini adalah flexible work timing, sekarang banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan dari waktu kerja yang fleksibel,” papar Lulusan Universitas College London ini.

Perempuan bisa bekerja dan berkarya memberikan hal baik bukan hanya untuk dirinya sendiri dan keluarganya tapi juga untuk masyarakat luas.

Nah, Kawan Puan bisa #ChooseToChallenge menjalani profesi yang kita mau dengan menyadari potensi yang kita miliki. (*)