Parapuan.co - Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan kerja.
Keamanan bagi pekerja perempuan menjadi kasus khusus yang harus diberi perhatian lebih oleh masyarakat.
Industri film Indonesia merupakan lingkungan kerja yang cukup rawan kasus pelecehan seksual.
Jumlah pekerja film perempuan yang lebih sedikit dibanding pekerja laki-laki, serta adanya aktris-aktris di bawah umur menjadi kekhawatiran besar bagi pelaku industri film, terutama pekerja perempuannya.
Baca Juga: Hannah Al Rashid Beri Tips Jika Kita Alami Pelecehan di Tempat Kerja
Banyak aktris yang memulai kariernya dari usia muda. Hal tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri karena maraknya pelecehan seksual kepada anak di bawah umur yang terjadi.
Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Film Nasional yang jatuh setiap tanggal 30 Maret kemarin, Hannah Al Rashid mengajak Adinia Wirasti, Marissa Anita, serta beberapa pekerja film perempuan lainnya membagikan kisah korban pelecehan seksual di lingkungan kerja.
Lewat akun instagramnya, Hannah Al Rashid mengajak pekerja film perempuan lainnya untuk berbagi kisah tersebut sehingga dapat menjadi perhatian bagi masyarakat luas.
View this post on Instagram
Dalam video tersebut, digambarkan bagaimana pelecehan seksual terjadi di lokasi syuting.
Seorang aktris muda yang baru memulai karier harus berhadapan dengan aktor senior yang jauh lebih tua.
Sang aktris muda mengalami pelecehan seksual oleh aktor senior tersebut.
Trauma dan rasa jijik kepada dirinya sendiri langsung muncul dan menghantui. Namun, aktris muda tersebut tidak mau diam saja.
Pilunya, saat aktris muda tersebut melaporkan ke kru syuting lainnya, komentar yang muncul justru tidak membela korban.
Baca Juga: Apa Itu Consent? Pahami Agar Terhindar dari Kekerasan dalam Hubungan
Kita bisa mendengar di video tersebut dialog seperti: "Ah masa, nggak sengaja kali.", "Lagi bangun chemistry kali.", "Jangan cari masalah, nanti nggak dapet job lain."
Ucapan-ucapan tersebut sayangnya bukan hanya dialog fiksi semata.
Sering kali korban pelecahan seksual mendapat respons seperti itu dari sekitar, bahkan orang terdekat.
Respons tersebut membuat korban pelecehan seksual menjadi semakin takut untuk melapor karena korban merasa tidak dipercaya dan keberanian mereka untuk bicara menjadi sia-sia.
Kisah dalam video tersebut merupakan kisah nyata, pengalaman dari Hannah Al Rashid dan rekan pekerja film lainnya.
Mereka berharap agar kejadian layaknya di video tersebut tidak terjadi lagi.
Para pekerja film perempuan juga membuka petisi serta donasi bagi para penyintas pelecehan seksual di lingkungan kerja industri film yang masih trauma dan dalam proses pemulihan.
Mereka menuntut adanya upaya dari setiap pihak di industri film, apapun gender-nya, dalam mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Sehingga terciptalah lingkungan kerja yang sehat dan semakin banyak perempuan yang bergabung dalam industri film Indonesia.
Baca Juga: Pandangan Hannah Al Rashid dan Pentingnya Mendukung Sesama Perempuan
Walaupun dalam narasi video tersebut korban yang ditunjukan adalah seorang perempuan, pelecehan seksual dapat terjadi kepada semua gender.
Maka diharapkan tuntutan tersebut mendukung korban dari semua latar belakang gender, agama, ras dan golongan.
Adanya tuntutan tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan perhatian lembaga-lembaga film yang bertanggung jawab.
Lembaga film ini harus melindungi dan memenuhi hak-hak pekerja film, serta mengajak masyarakat untuk sadar betapa traumatisnya pelecehan seksual bagi para penyintasnya. (*)