Serta dapat menyebabkan masalah kesehatan mental lainnya, kata Juanita Wells, seorang konselor alkohol dan obat bersertifikat dan direktur pengembangan klinis di New Method Wellnes.
Baca Juga: 5 Kebiasaan yang Tak Disadari Menjadi Tanda Toxic Relationship
"Terus menerus hidup dalam mode stres dapat memicu depresi," tambah Juanita.
Ditambah dengan perasaan seperti kita tidak memiliki kendali atas apa pun yang menyebabkan kecemasan dapat ditemui dalam bentuk gangguan makan.
Selama pandemi, kecemasan dan perasaan terisolasi dapat memicu kecemasan lebih lanjut.
Tidak bisa bertemu orang kesayangan atau melakukan hobi untuk menghilangkan stres yang biasa kita lakukan sebelum pandemi.
Ditambah dengan ketakutan akan Covid-19, ketidakpastian keuangan, masa depan, dan masalah terkait pandemi lainnya yang bisa memperburuk kecemasan, tambah Juanita.
Baca Juga: Waspadai dan Kenali PMDD, Pra-Menstruasi yang Bisa Ganggu Mental
Meningkatkan Risiko Penyakit
"Stres berlebihan bisa menyebabkan tubuh rentan terserang penyakit," kata Nawal Alomari seorang Konselor berlisensi.
Sebuah penelitian menunjukkan hal itu dapat memberikan tekanan literal pada jantung dan berkontribusi pada masalah serangan jantung dan penyakit jantung.
Sebuah studi tahun 2018 yang dilansir via Bustle menemukan tingkat masalah autoimun lebih tinggi diderita oleh mereka yang didiagnosis memiliki kondisi terkait stres.
Parahnya, kondisi ini bisa mengacaukan kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah, yang menurut penelitian dapat menyebabkan diabetes.
Baca Juga: Inner Child yang Terluka Pengaruhi Hubungan dengan Pasangan, Ini 3 Tandanya
Untuk mengatasinya, Kawan Puan bisa mencoba untuk yoga dan meditasi.
Membuat jurnal harian bisa membantu kita untuk mengetahui pemicu stres dan membantu kita untuk mengelolanya
Berbicara dengan orang yang Kawan Puan percaya juga tidak ada salahnya lho untuk mengurangi beban.
Jika dirasa perlu, menghubungi terapis bisa dicoba untuk menghilangkan kecemasan dan stres yang tidak dapat kita kendalikan sendiri.
(*)