Parapuan.co - Banyak orang mengalami cemas dan stres selama setahun terakhir ini dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Apakah Kawan Puan juga salah satunya?
Ada hal-hal yang perlu kita waspadai ketika kecemasan berlanjut tanpa bisa kita kendalikan.
Kecemasan sendiri bisa muncul akibat beberapa alasan.
Baca Juga: Sulit Orgasme? Kenali 4 Masalah Kesehatan Mental yang Jadi Penyebabnya
Ada kecemasan yang muncul akibat reaksi kimiawi dalam otak, yang disebut dengan gangguan kecemasan umum.
Ada juga kecemasan situasional, seperti kematian orang yang dicintai, atau situasi krisis pandemi.
Kedua tipe kecemasan tersebut dapat memicu respon stres yang bisa memberikan efek bagi tubuh Kawan Puan.
Berikut efek kecemasan berkepanjangan yang PARAPUAN rangkum melansir dari Bustle.
Baca Juga: Catat! Ini 3 Cara Mengatasi Gangguan Tidur Demi Jaga Kesehatan Mental
Hidup dalam Mode Stres
Stres atau kecemasan yang tidak terkendali tanpa sadar dapat membuat tubuh kita beralih ke mode fight or flight.
Mode fight or flight sendiri adalah kondisi tubuh yang mempersiapkan untuk melawan (fight) atau lari (flight) dari bahaya.
Selanjutnya, kondisi bahaya itu melepaskan hormon adrenalin dan kortisol yang dapat memengaruhi fisik dan mental kita.
Dalam kondisi ini, kita bisa merasakan gejala fisik seperti detak jantung lebih kencang, gemetar, nafas lebih cepat, dan banyak lagi.
Baca Juga: Setahun Menghadapi Covid-19, Ini 7 Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami
Selain itu, ada pemicu stres yang tidak secara langsung mengancam nyawa, seperti isolasi sosial ketika pandemi, atau perceraian.
Situasi krisis dapat memengaruhi fisik kita. Dalam jangka panjang, bisa menyebabkan masalah pencernaan kronis, siklus menstruasi yang tidar teratur dan fungsi kekebalan tubuh yang lemah, sehingga rentan terserang penyakit dan infeksi.
Menyebabkan Masalah Kesehatan Mental
Kecemasan bisa memengaruhi kesejahteraan emosional kita lho, Kawan Puan.
Serta dapat menyebabkan masalah kesehatan mental lainnya, kata Juanita Wells, seorang konselor alkohol dan obat bersertifikat dan direktur pengembangan klinis di New Method Wellnes.
Baca Juga: 5 Kebiasaan yang Tak Disadari Menjadi Tanda Toxic Relationship
"Terus menerus hidup dalam mode stres dapat memicu depresi," tambah Juanita.
Ditambah dengan perasaan seperti kita tidak memiliki kendali atas apa pun yang menyebabkan kecemasan dapat ditemui dalam bentuk gangguan makan.
Selama pandemi, kecemasan dan perasaan terisolasi dapat memicu kecemasan lebih lanjut.
Tidak bisa bertemu orang kesayangan atau melakukan hobi untuk menghilangkan stres yang biasa kita lakukan sebelum pandemi.
Ditambah dengan ketakutan akan Covid-19, ketidakpastian keuangan, masa depan, dan masalah terkait pandemi lainnya yang bisa memperburuk kecemasan, tambah Juanita.
Baca Juga: Waspadai dan Kenali PMDD, Pra-Menstruasi yang Bisa Ganggu Mental
Meningkatkan Risiko Penyakit
"Stres berlebihan bisa menyebabkan tubuh rentan terserang penyakit," kata Nawal Alomari seorang Konselor berlisensi.
Sebuah penelitian menunjukkan hal itu dapat memberikan tekanan literal pada jantung dan berkontribusi pada masalah serangan jantung dan penyakit jantung.
Sebuah studi tahun 2018 yang dilansir via Bustle menemukan tingkat masalah autoimun lebih tinggi diderita oleh mereka yang didiagnosis memiliki kondisi terkait stres.
Parahnya, kondisi ini bisa mengacaukan kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah, yang menurut penelitian dapat menyebabkan diabetes.
Baca Juga: Inner Child yang Terluka Pengaruhi Hubungan dengan Pasangan, Ini 3 Tandanya
Untuk mengatasinya, Kawan Puan bisa mencoba untuk yoga dan meditasi.
Membuat jurnal harian bisa membantu kita untuk mengetahui pemicu stres dan membantu kita untuk mengelolanya
Berbicara dengan orang yang Kawan Puan percaya juga tidak ada salahnya lho untuk mengurangi beban.
Jika dirasa perlu, menghubungi terapis bisa dicoba untuk menghilangkan kecemasan dan stres yang tidak dapat kita kendalikan sendiri.
(*)