Parapuan.co - Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah baru saja resmi menjadi pasangan suami istri pada 3 April 2021.
Keduanya menjalani prosesi pernikahan dengan adat Jawa, mengikuti tradisi keluarga Aurel yang memang keturunan orang Jawa.
Selama proses sebelum mengikat janji suci, Atta dan Aurel sempat menjalani tradisi siraman dan pingitan.
Mau tahu apa itu pingitan? Untuk lebih jelasnya, simak keterangan mengenai enam tradisi pernikahan yang ada di Jawa seperti dikutip dari Bridestory di bawah ini, yuk!
Baca Juga: Cari Ide Resepsi Pernikahan? 10 Akun Instagram Ini Bisa Jadi Inspirasi
1. Pingitan atau Dipingit
Sebagian besar orang Jawa mungkin sudah tidak asing lagi dengan tradisi yang satu ini.
Pingitan adalah sebuah tradisi di mana calon mempelai perempuan dipingit atau dilarang keluar rumah menjelang pernikahan.
Hal ini dilakukan untuk menghindarkan agar calon mempelai perempuan tidak bertemu dengan calon suaminya sampai hari pernikahan tiba.
Sama seperti yang dilakukan Aurel, di mana ia berdiam diri di rumah dan tidak bertemu dengan Atta selama beberapa hari sejak siraman hingga hari pernikahan.
Konon, dulunya tradisi pingitan ini dilakukan sampai selama 1 bulan atau lebih, tetapi kini kurang lebih cuma satu minggu.
2. Tradisi Adol Dawet
Tradisi pernikahan lainnya yang dikenal oleh orang Jawa, khususnya Jawa Tengah adalah adol dawet.
Adol dawet ialah di mana pada saat acara siraman menjelang pernikahan, kedua orang tua dari pengantin perempuan berjualan dawet.
Para tamu yang hadir dipersilakan membeli dawet yang "dijual" itu dengan menggunakan mata uang berupa pecahan genting.
Makna dari tradisi adol dawet tersebut, yaitu agar mempelai belajar bekerja sama membangun rumah tangga dari orang tua mereka.
3. Kromojati
Tradisi kromojati tidak dilakukan orang Jawa pada umumnya, melainkan hanya menjadi adat dari sebagian masyarakat di Gunung Kidul.
Dalam tradisi ini, calon mempelai laki-laki diwajibkan untuk menanam setidaknya lima buah bibit pohon jati sebagai mahar.
Wah, pernikahan yang sekaligus mewujudkan pelestarian lingkungan, ya? Wajib dicontoh, nih, buat kamu yang akan menikah.
Baca Juga: Berencana Menikah? Cobalah 6 Tips Ini Saat Membicarakan Rencana Keuangan dengan Pasangan
4. Nyantri
Berikutnya ada tradisi nyantri yang berasal dari Yogyakarta dan dikenal sebagai salah satu adat keraton.
Nyantri berarti calon pengantin laki-laki diharuskan bermalam di daerah tempat tinggal calon pengantin perempuan.
Biasanya, calon pengantin laki-laki diminta menginap di rumah kerabat atau tetangga calon istrinya.
Walau menginap di dekat rumah sang calon istri, calon pengantin laki-laki tetap tidak boleh menemui calon mempelainya sampai hari pernikahan.
5. Begalan
Sekilas dari namanya barangkali membuat kita berpikir negatif tentang tradisi begalan.
Ternyata, tradisi ini memiliki makna filosofis yang bisa dibilang kental akan petuah dan nasihat bagi calon pengantin.
Tradisi begalan ditandai dengan adanya sekelompok penari yang menari sambil membawa alat-alat rumah tangga.
Di antara mereka ada yang menampilkan lawakan, tetapi berisi doa dan petuah kepada kedua mempelai.
Begalan sendiri merupakan tradisi pernikahan Jawa yang banyak ditemukan di Cilacap, Purwokerto, dan Banyumas.
Baca Juga: Bukan Cuma Masa Pacaran Saja, Ini Manfaat Kencan Setelah Menikah
6. Kawin Colong
Suku Osing di Banyuwangi, Jawa Timur, punya tradisi yang tak kalah unik, yaitu dikenal dengan kawin colong.
Melansir dari Kompas.com, kawin colong terbilang menarik lantaran dapat dilakukan oleh pasangan kekasih yang belum memperoleh restu dari orang tua mereka.
Aturan dari tradisi ini adalah, calon pengantin laki-laki menculik calon pengantin perempuan, dan hanya diberikan waktu selama 24 jam.
Jika berhasil menculik calon pengantin perempuan, calon pengantin laki-laki akan memilih seorang Colok.
Colok ialah seseorang yang dipercaya dan dianggap mampu bernegosiasi dengan keluarga untuk memberikan restu kepada kedua calon pengantin.
Demikian tadi beberapa tradisi pernikahan unik di Jawa yang perlu kamu tahu.
Mau pakai tradisi yang mana saat hari pernikahanmu nanti? (*)