Parapuan.co - Kebaya sudah menjadi warisan budaya yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Meskipun, mulanya, kebaya ini hanya dipakai perempuan di Pulau Jawa. Namun, seiring berkembanganya zaman, kebaya sudah banyak dipakai di seluruh Indonesia.
Mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Maluku, memiliki kebaya sendiri dengan ciri khas daerah masing-masing.
Walaupun kebaya memiliki nama yang berbeda berdasarkan wilayahnya.
Baca Juga: Desainer Ini Sulap Kebaya yang Dikenakan Aurel dan Ashanty Jadi Gaun!
Pada Kongres Berkebaya Nasional 2021 yang dilaksanakan secara daring pada tanggal 5 April 2021, disampaikan mengenai penyebaran kebaya di seluruh Indonesia dari masa ke masa.
Badan Pusat Statistik menyebutkan Indonesia memiliki 1340 suku bangsa yang dikelompokkan dalam 300 kelompok etnis.
Dengan jumlah etnis yang demikian besar tentunya ragam busana termasuk kebaya juga memiliki model dan penamaan yang berbeda-beda.
Hal ini menjadi keragaman sekaligus kekayaan bumi nusantara yang perlu dilestarikan.
Kebaya bisa menjadi ajang pemersatu bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Filosofi dan Makna Kebaya
Gusti Kanjeng Ratu Bendara, Putri Sultan HB X, menjelaskan di kongres tersebut bahwa kebaya adalah identitas perempuan Indonesia sedari dulu.
Walaupun kebaya Indonesia memiliki pasang surutnya, namun identitas perempuan Indonesia dengan kebaya sangat melekat.
Di Keraton Yogyakarta sendiri, tempat Gusti Kanjeng Ratu Bendara tumbuh, kebaya menjadi pakaian wajib sedari dulu.
Istri dari Sultan hingga perempuan pekerja istana mengenakan kebaya untuk pakaian sehari-hari.
Baca Juga: Kebut Semalam, Anne Avantie Ungkap Kisah di Balik Kebaya yang KD Pakai Saat Lamaran Aurel
Keraton Yogyakarta percaya bahwa kebaya melambangkan perempuan sebagai makhluk yang penuh kasih sayang dan anggun.
Dr. Yuliatma, seorang pengamat kebudayaan dari Padang, juga menjelaskan bahwa kebaya melambangkan perempuan Indonesia yang lembut namun tetap bisa memimpin.
Kebaya juga menjadi lambang perempuan Indonesia yang anggun dan pembawa damai.
Filosofi tersebut beliau ambil dari filosofi kebaya minang dengan jahitan pada sisi yang memiliki makna perempuan sebagai mediator konflik dari dua kubu yang berseberangan.
Kebaya dan generasi muda
Gusti Kanjeng Ratu Bendara merasa khawatir dengan kebiasaan berkebaya yang mulai pudar di generasi muda.
Pelaku usaha kebaya serta pemerintah diharapkan dapat bekerja sama untuk mewujudkan wajib kebaya di hari tertentu.
Wajib berkebaya tersebut diharapkan dapat mendorong anak muda untuk lebih mengenal kebaya sebagai salah satu ciri khas Indonesia.
Baca Juga: Bukan Cuma Batik, Ini Dia 5 Pilihan Pakaian ke Pesta Pernikahan yang Bisa Kamu Coba
Gusti Kanjeng Ratu Bendara juga berharap perancang busana muda Indonesia mengangkat kebaya sebagai inspirasi karyanya.
Modernisasi kebaya juga diharapkan agar generasi muda lebih dapat mengenakan kebaya untuk pakaian sehari-hari.(*)