Parapuan.co - Menjadi ibu rumah tangga tidak menjadikan seorang perempuan sebagai pengangguran, Kawan Puan.
Para perempuan yang memilih stay at home mom justru bekerja 24 jam dalam sehari, selama seminggu penuh, dan sebisa mungkin tidak melakukan kesalahan.
Pekerjaan mereka amat detail, mulai dari menyiapkan makanan untuk keluarga, membersihkan rumah, termasuk mendidik anak dan mendampinginya secara mental dan spiritual.
Untuk itu, pada dasarnya stay at home mom atau ibu yang tetap di rumah juga seorang pekerja.
Baca Juga: Ingin Bekerja Saat Hamil? Perhatikan Faktor Risiko Ini Demi Janinmu
Akan tetapi, sayangnya pekerjaan sebagai ibu rumah tangga tidak dapat dituliskan dalam CV seseorang.
Itu dulu! Sekarang, situs seperti LinkedIn telah mencantumkan stay at home mom, stay at home dad, bahkan stay at home parent ke dalam daftar jenis pekerjaan.
Bagaimana tidak, mereka adalah orang-orang yang mencurahkan perhatian kepada anak-anak dan mengelola waktu dengan baik apapun pekerjaannya di rumah meski tak digaji.
Melansir dari Parents.com, keputusan LinkedIn mencantumkan ketiga jenis pekerjaan tersebut ada hubungannya dengan majalah Fortune.
Disebutkan bahwa, Fortune meminta LinkedIn untuk merespons sebuah artikel karya Heather Bolen yang terbit di Medium.
Dalam artikelnya, Heather Bolen mengeluhkan minimnya pilihan bagi ibu yang tinggal di rumah untuk mendapatkan pekerjaan.
Ia mengaku kesulitan menemukan pekerjaan yang tepat, karena ibu rumah tangga tidak termasuk ke dalam daftar pengalaman kerja yang diinginkan pemberi kerja atau perusahaan.
Baca Juga: Benarkah Jadi Ibu Rumah Tangga Itu Enak? Fitri Tropica Berikan Tanggapannya
Ia berharap, perusahaan mulai mempertimbangkan untuk menerima seseorang sebagai karyawan walau tanpa pengalaman kerja yang linier.
"Sudah saatnya bagi pemberi kerja untuk menerima bahwa karier biasanya tidak linier, dan untuk memberi kebijakan lebih baik untuk pekerjaan jarak jauh, waktu yang fleksibel, dan cuti keluarga yang dibayar," tulis Heather.
"Dan inilah saatnya bagi pencari kerja untuk tidak merasa harus mengatasi kesenjangan pekerjaan," imbuh mantan karyawan Starbuck yang juga penemu start-up edukasi itu.
Baca Juga: 3 Cara Sederhana Bantu Perempuan Tangguh Mengatasi Stres