Parapuan.co - Kawan Puan, pernahkah kamu merasa tenang setelah menyaksikan pemandangan sawah atau pegunungan yang hijau?
Atau, pernahkah tiba-tiba merasa sedih karena berada di tempat yang dindingnya dicat warna hitam?
Barangkali, apa yang kamu alami dikarenakan warna dapat memengaruhi kondisi psikologi atau yang dikenal dengan psikologi warna.
Walau warna dianggap berpengaruh terhadap kondisi psikologis, sayangnya tak banyak penelitian dilakukan dalam bidang tersebut.
Hal ini dibenarkan oleh peneliti bernama Andrew Elliot dan Markus Maier sebagaimana dikutip dari Very Well Mind.
Baca Juga: Ini 9 Rekomendasi Warna Cat Dinding dan Pengaruhnya Bagi Suasana Hati
"Sedikit sekali penelitian teoretis maupun empiris tentang pengaruh warna pada fungsi psikologis sampai saat ini," terang Andrew dan Markus.
"Penelitian yang dilakukan sebagian besar didorong oleh masalah praktis, bukan ketelitian ilmiah."
Terlepas dari kurangnya penelitian, psikologi warna sudah banyak dimanfaatkan dalam bidang desain, seni, dan pemasaran.
Dari situ, ditemukan fakta bahwa warna mampu memberi pengaruh terhadap suasana hati, perasaan, serta perilaku seseorang.
Contoh sederhananya adalah produk-produk makanan yang dipasarkan dengan warna logo mencolok, seperti merah dan kuning, seringkali membuat orang lebih tertarik untuk mencoba.
Baca Juga: Intip Tren Warna Rambut “Gray Blending” yang Kini Banyak Disukai Perempuan
Efek Warna Terhadap Kondisi Psikologis
Efek warna terhadap kondisi psikologis tiap-tiap orang bisa saja berbeda.
Namun, efek psikologis warna secara umum dibagi berdasarkan spektrum warna itu sendiri.
Pertama, spektrum warna merah yang meliputi, merah, kuning, dan oranye, yang dianggap mampu menghadirkan suasana hati yang hangat.
Kendati demikian, spektrum warna merah bisa saja membangkitkan emosi, melambangkan kemarahan, dan permusuhan.
Kedua, misalnya spektrum warna biru yang meliputi, biru, ungu, dan hijau, yang sering kali dinilai mampu menghadirkan ketenangan.
Akan tetapi, tak jarang warna-warna itu juga mengingatkan pada perasaan sedih atau sikap acuh tak acuh.
Terapi dengan Memanfaatkan Psikologi Warna
Beberapa negara yang masih mempertahankan budaya kuno seperti di Mesir dan Tiongkok, disebut mempraktikkan terapi penyembuhan menggunakan warna.
Baca Juga: Ingin Coba Warna Rambut Metalik? Ketahui Dulu Cara Merawatnya
Misalnya saja chromotherapy atau yang juga disebut sebagai terapi cahaya, dan colorology yang memanfaatkan warna untuk pengobatan holistik atau alternatif.
Dalam colorology, warna merah digunakan untuk merangsang tubuh dan pikiran, serta merangsang sirkulasi.
Kemudian untuk warna oranye, biasanya dimanfaatkan buat meningkatkan energi dan terapi penyembuhan paru-paru.
Kuning dianggap mampu merangsang saraf dan membersihkan tubuh dari racun.
Selanjutnya ada warna biru yang dinilai bisa meredakan dan mengobati penyakit atau rasa sakit dan nyeri.
Terakhir, nuansa warna indigo disebut dapat meringankan masalah kulit.
Baca Juga: Supaya Estetik, Perhatikan 5 Hal Berikut Ini dalam Memilih Cat Rumah
Warna Memengaruhi Performa
Terkait fakta bahwa warna memengaruhi performa atau perilaku seseorang, ada sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat terhadap 71 mahasiswa.
Objek penelitian diberi nomor peserta yang diwarnai dengan warna merah, hitam, dan hijau secara acak dan diminta mengerjakan tes selama lima menit.
Hasil penelitian menunjukkan, mahasiswa dengan nomor peserta warna merah mendapatkan skor 20 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang nomor pesertanya berwarna hitam dan hijau.
Siapa sangka, warna merah yang biasanya dianggap menunjukkan keberanian dan membangkitkan gairah, tidak cocok untuk sesuatu yang berkaitan dengan ujian.
Benar saja, mahasiswa mana yang suka melihat rapornya berisi angka yang ditulis dengan tinta merah?
Barangkali, hal ini yang membuat performa objek menurun mengingat mereka membawa-bawa warna merah di dadanya. (*)