Parapuan.co - “Aku melihat ada sosok menyeramkan di pojok kamarku.”
“Aku mendengar ketukan bunyi jam dinding seperti bom yang akan meledak.”
Mungkin sebagian dari kita pernah mengalami atau mendengar kalimat yang mirip seperti itu.
Baca Juga: Tak Hanya Olahraga, 4 Hal ini Juga Bantu Kamu Menurunkan Tingkat Stres
Terkadang, bila diceritakan ke orang lain justru berpendapat bahwa kita sedang mengalami hal mistis atau menakutkan.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Peristiwa tersebut merupakan adanya gejala demensia yang memengaruhi sisi psikologis kita.
Dilansir dari Michigan Medicine, penderita demensia dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada otak dan mengarah ke perilaku yang tak biasa atau menakutkan.
Pikiran atau otak mengubah indera seakan-akan kita melihat, merasakan, mencium, dan mendengar atau mengalami sesuatu yang kenyataannya tidak ada.
Supaya Kawan Puan lebih memahami apa saja jenis penderita demensia itu, berikut cakupannya:
“Aku melihat sesuatu yang tidak bisa kamu lihat di ruangan ini.”
Melansir dari Healthline, halusinasi adalah gejala ketika indera seakan-akan melihat, merasakan, mendengar, atau mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Gejala halusinasi disebabkan karena gangguan mental, kurangnya waktu tidur yang ekstrem, masalah kesehatan, atau penyalahgunaan obat-obatan.
Ketika seseorang berhalusinasi, ia merasakan perubahan emosi atau perilaku berdasarkan sensasi yang ada.
Baca Juga: Tak Hanya Stigma, Ini Tantangan yang Dihadapi Penderita Bipolar
“Aku melihat ceker ayam persis seperti tangan bayi. Kok bisa ya?”
Dilansir dari Good Therapy, ilusi atau distorsi indera merupakan penginderaan keliru yang bisa mengungkapkan bagaimana otak mengatur dan menafsirkan stimulasi sensorik.
Ilusi bisa saja dialami tiap orang karena perbedaan persepsi dengan realitas yang ada.
Misalnya, saat kita berada di hutan hujan tropis yang lebat dan gelap seakan-akan di tempat yang sangat menyeramkan dan segera diterkam oleh monster.
Ilusi tidak berlangsung lama, terjadi karena kelelahan ekstrem, gangguan kecemasan, pengaruh obat, atau kerusakan pada bagian otak tertentu.
“Sebenarnya aku adalah keturunan Dewa Laut, lho. Lihat saja aku pandai menyelam.”
Delusi adalah ketidakstabilan mental yang membuat penderitanya tidak bisa membedakan kenyataan dan imajinasi.
Bersikap sesuai apa yang diyakini dan berperilaku berdasarkan pikirannya sendiri.
Terdapat tiga faktor kenapa seseorang mengalami delusi, disebabkan oleh:
Genetik, gangguan psikis yang diturunkan dari orangtua ke anak.
Baca Juga: Selain Anxiety, Ini 6 Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Selama Pandemi Covid-19
Biologis, gangguan delusi terbentuk apabila bagian otak untuk proses berpikir (lobus frontal) dan persepsi (lobus parietal) terjadi pertumbuhan penyakit tertentu, misalnya tumor.
Lingkungan, gangguan delusi yang disebabkan stres akut, penyalahgunaan obat dosis tinggi, kesepian atau terisolasi, dan kecacatan indera.
Setelah mengetahui gejala dan jenis penderita demensia tersebut, apabila Kawan Puan juga mengalaminya lebih baik tidak didiagnosis sendiri.
Konsultasi dengan psikiater dan psikolog merupakan penanganan yang tepat untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita.(*)