Parapuan.co - Hal buruk yang terjadi di masa kanak-kanak kita terkadang sulit dilupakan hingga menjadi trauma.
Pasalnya, pengalaman itu tidak menyenangkan jika dikenang dan membuat perasaan sedih bahkan marah juga.
Trauma itu hidup hingga dewasa dan berpikir bahwa kejadian itu tidak terselesaikan.
Baca Juga: Selain Beri Pujian, Simak 5 Tips Lain Agar Anak Lebih Berprestasi
Pada setiap luka emosional terdapat mekanisme pertahanan yang kita buat untuk mengelolanya.
Tapi, seberapa keras kita menghindari ketakutan dengan cara apapun, pada kenyataannya justru kita mengabadikannya.
Oleh karena itu, kita menciptakan situasi berulang untuk menghidupkan kembali luka emosional itu hingga dapat memahaminya di kemudian hari.
Mengutip dari Discovering Therapy, ada 5 penyebab luka batin masa kanak-kanak yang tanpa disadari mengikuti kita hingga kini, diantaranya:
Rejection (Takut Ditolak)
Sejak lahir, luka ini dibuat dengan ketidakterimaan pengasuh, keluarga, atau orang tuanya terkait keberadaannya.
Luka batin ini semakin terlihat ketika orang yang dianggap terdekat acuh tak acuh dan tidak menunjukkan kepedulian bagi masa depan anaknya.
Selain itu, lingkup pertemanan waktu masih kanak-kanak sering dikucilkan oleh teman sebaya.
Orang dengan luka ini bisa mengalami depresi dan mengisolasi diri mereka sendiri karena ditolak oleh lingkungannya.
Sehingga, mekanisme pertahanannya adalah kabur dan menghindarinya.
Abandonment (Takut Ditinggalkan)
Biasanya luka ini dibuat mulai usia 0-3 tahun dan berhubungan dengan anak-anak yang merasa sangat kesepian.
Misalnya, tidak ada keberadaan salah satu orangtua, ditinggalkan, ditelantarkan, atau diabaikan orang terdekat.
Sehingga, mekanisme pertahanannya adalah ketergantungan secara emosional dengan orang terdekatnya.
Seakan-akan mereka tidak bisa hidup dan mengatur kebutuhannya sendiri.
Baca Juga: 3 Tips Dampingi Buah Hati Saat Masuk Sekolah Untuk Pertama Kalinya
Betrayal (Takut Dikhianati)
Luka ini mulai muncul sekitar usia 2-4 tahun dan merasa bahwa orang terdekatnya mengecewakannya.
Apa yang diharapkannya tidak sesuai dengan keinginannya dan merusak kepercayaannya.
Orang dengan luka batin ini merasa punya kendali sangat besar terhadap sesuatu di sekitar mereka.
Mereka memaksakan prinsip dan tidak mentolerir kebohongan yang dibuat oleh orang lain.
Mereka sangat sulit menaruh kepercayaan, sehingga mekanisme pertahanannya adalah kendali.
Humiliation (Takut Dipermalukan)
Luka batin yang muncul mulai usia 1-3 tahun ini berkaitan dengan frustasi sehubungan dengan kesenangan.
Mereka dipaksa mengalah oleh orang terdekatnya, dihina, dan diberi label negatif oleh lingkungan sekitar.
Mekanisme pertahanan mereka adalah masokisme, di mana kebutuhan orang lain berada di atas kebutuhan mereka sendiri.
Mereka terbiasa membantu, namun panik saat kebahagiaan menghampirinya.
Baca Juga: Ini 5 Cara Memperkuat Hubungan dengan Sahabat Setelah Punya Anak
Injustice (Takut akan Ketidakadilan)
Luka masa kanak-kanak yang muncul sekitar usia 4-6 tahun karena mereka mengalami perkembangan individualitas yang dibatasi secara total.
Mereka diperlakukan dingin dan kurangnya rasa kepedulian dari orang terdekatnya akan keberadaannya.
Mekanisme pertahanan mereka adalah kekakuan, sehingga menempatkan diri pada kesempurnaan dan tidak ada ruang untuk sakit.
Baca Juga: Orang Tua Perlu Tahu! Ini 3 Tips Ampuh Menghadapi Kegalauan Anak
Mereka berubah menjadi tidak peka dan kurang berperasaan kepada orang lain yang tidak sesuai harapannya.
Selain itu, memforsir dirinya sendiri dan menuntut untuk pencapaian-pencapaiannya di kemudian hari.
Trauma masa kanak-kanak terkadang masih panjang umur hingga dewasa, sekeras apapun kita berusaha masih ada anak kecil yang trauma dalam diri kita.
Apabila keberadaan trauma ini mengganggu hari-hari kamu, melakukan konsultasi dan terapi dengan seseorang yang terlatih secara psikoanalisis atau psikodinamik akan membantu untuk perlahan-lahan berdamai dengan trauma masa kecil ini. (*)