Parapuan.co - Selain memiliki tabungan dan dana darurat, apakah Kawan Puan sudah mulai berinvestasi? Mungkin emas atau reksa dana sebagai pemula?
Sayangnya, menurut pakar perencanaan keuangan, Philip Mulyana selama ini masih ada masyarakat yang beranggapan bila investasi membutuhkan dana yang besar.
Padahal menurutnya, dengan berbagai pilihan hingga kemudahan berinvestasi saat ini, kita tidak harus menunggu mapan dahulu untuk mulai investasi.
Baca Juga: Buka Tabungan Dulu atau Investasi Dulu? Simak Penjelasan Berikut!
Berdasarkan survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2019, milenial usia 18-25 tahun hanya memiliki tingkat literasi keuangan sebesar 32,1 persen.
Sedangkan tidak berbeda jauh dari itu, milenial dengan rentang usia 25-35 tahun memiliki tingkat literasi keuangan sebesar 33,5 persen.
Menurut survei tersebut, hanya 10,7 persen dari pendapatan yang ditabung oleh milenial.
Kemudian, hanya 35,1 persen milenial yang memiliki rumah sendiri, dan 51,1 persen pendapatan milenial habis untuk kebutuhan bulanan.
Dengan data di atas, tak bisa dimungkiri masih banyak milenial yang rentan secara finansial yang ditunjukkan dengan minimnya persiapan dan kemampuan pengelolaan keuangan.
Jika kita tidak bisa mengelola keuangan sebaik dan sebijak mungkin, gaji besar dan kemapanan yang kita usahakan bisa hilang juga.
"Kita harus ubah cara berpikir bahwa investasi harus menunggu punya gaji besar baru investasi. Padahal, kenapa kita tidak mulai dari yang kecil dulu?
Tidak harus menunggu mapan untuk berinvestasi. Karena walaupun sudah mapan, tetapi tidak berinvestasi, sangat berpeluang arus dan status keuangannya tergerus.
Sekarang banyak instrumen investasi yang tidak mengharuskan untuk berinvestasi mulai dari jutaan rupiah, bisa mulai dari Rp 10.000. Intinya adalah mulai saja dulu," papar Philip.
Baca Juga: Ingin Investasi? Kenali 3 Aplikasi Investasi Populer Berikut Ini, Yuk!
Akan tetapi, Philip juga mengingatkan bila sebelum berinvestasi ada hal yang perlu diperhatikan yaitu arus kas keuangan kita.
"Arus kas adalah hasil pendapatan dikurangi pengeluaran, di mana selama jumlahnya positif berarti arus kas aman dan terjaga.
Sayangnya banyak dari kita yang tahu pendapatan berapa, tetapi tidak tahu pengeluaran berapa," ungkap Philip. Padahal pengeluaran kitalah yang harus kita perhatikan.
Namun, jika kita tak perlu menunggu mapan dulu untuk memulai, memang apa alasan kita harus berinvestasi sedini ini saat masih muda?
"Secara umum, mengapa kita perlu berinvestasi karena tingkat inflasi di Indonesia ini sangat tinggi.
Terlebih apabila kita berbicara mengenai pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dan membeli properti seperti rumah.
Di mana, apabila kita tidak berinvestasi sejak dini maka akan sulit bagi kita untuk memenuhi kebutuhan tersebut nantinya.
Selain itu berinvestasi, khususnya di reksa dana pasar uang yang relatif rendah risiko, juga bisa digunakan untuk menabung dana darurat, yang bisa sewaktu-waktu dicairkan," pungkas Philip.
Nah, apakah Kawan Puan tertarik untuk langsung memulai? (*)