Parapuan.co - Pemerintah pada Senin (5/4/2021) mengungkapkan bahwa mutasi virus Covid-19 varian baru E484K atau Eek ditemukan di Jakarta.
"Satu kasus di DKI Jakarta," ucap juru bicara Kementerian Kesehatan untuk vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi, Senin, seperti dikutip dari Kompas.com.
Meski begitu, rupanya varian baru Covid-19 disebut lebih berbahaya bahkan lebih menular. Maka itu, kita haruslah lebih waspada dan makin taat protokol kesehatan.
Baca Juga: Perangi Covid, Mal Senayan City Gelar Vaksinasi untuk Lansia dan Guru
Sekadar informasi, kasus virus Covid-19 varian Eek tersebut ditemukan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada Februari 2021 di Ibu Kota.
Namun, kini syukurnya pasien tersebut sudah sembuh. Meski demikian, tidak diinformasikan lebih lanjut jenis kelamin dan usia pasien yang dimaksud.
Rupanya, nama varian virus baru ini sebetulnya berasal dari kata bahasa Inggris, eek.
Eek sendiri merupakan kata seru yang menunjukkan ekspresi terkejut, takut, maupun peringatan.
Varian virus baru E484K atau Eek pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan Brazil beberapa waktu lalu.
Adapun varian virus yang ditemukan di Afrika Selatan tersebut adalah B.1.351 dan Brazil adalah B.1.1.28.
Mutasi varian virus Eek dapat memperkuat ikatan antara protein virus dan reseptornya yang dapat mengurangi respons imun pada inang.
Akibatnya, efektivitas antibodi pada tubuh inang untuk melawan varian virus ini pun menjadi berkurang.
Baca Juga: Harus Bersertifikat, Inilah Pentingnya Pengadaan Pelatihan Vaksinator
Maka itu, varian virus Eek diperkirakan lebih mematikan dari virus Corona sebelumnya dan lebih menular.
Selain itu, vaksin yang sejauh ini telah digunakan di Indonesia tidak mampu memberikan perlindungan maksimal dari virus ini.
Peneliti dari University of Cambridge, Inggris, Ravindra Gupta mengatakan bahwa mutasi virus E484K dapat memperkuat virus Corona melawan kekebalan tubuh.
Pendapat Ravindra tersebut bahkan didukung oleh peneliti lain asal Harvard University, Amerika Serikat, Alejandro Balazs.
"Temuan kami menunjukkan bahwa varian virus E484K mungkin lebih sulit untuk dinetralkan oleh antibodi yang diciptakan oleh vaksin," kata Alejandro kepada kantor berita Reuters.
Walau vaksin yang sekarang sudah digunakan tampak tidak mampu melawan virus ini secara optimal, namun Alejandro tetap menyarankan semua orang untuk vaksin.
Tujuannya adalah untuk menghindari gejala parah yang mungkin dapat ditimbulkan varian virus E484K. Bagaimana pun, vaksin berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Para peneliti, termasuk peneliti vaksin pun tidak tinggal diam melihat munculnya varian virus Eek yang disebut lebih berbahaya ini.
Tim peneliti vaksin Novavax dari Amerika Serikat dan vaksin Oxford-AstraZeneca yang dikembangkan peneliti Swedia dan Inggris berupaya agar vaksinnya dapat melawan varian virus Eek. (*)