Teknologi tersebut mereka gunakan untuk mengidentifikasi perubahan struktur otak pada orang dewasa yang pernah mengalami kekerasan di masa kanak-kanak.
Ada perbedaan yang jelas di sembilan wilayah otak antara mereka yang pernah menderita trauma masa kanak-kanak dan mereka yang tidak.
Perubahan paling jelas terjadi di wilayah otak yang membantu menyeimbangkan emosi serta pemikiran.
Baca Juga: Miris, Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak Bisa Terjadi di Lokasi Pengungsian
Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanaknya memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan kekerasan pada orang lain.
Mereka tidak dapat mengendalikan emosi mereka dengan baik.
Perubahan perilaku sosial dan emosi
Selain mengubah struktur otak, kekerasan juga dapat memengaruhi cara anak berperilaku dan mengatur emosi.