Seminggu Pasca Bencana di NTT, Suplai Air Bersih Masih Jadi Masalah

Anna Maria Anggita - Minggu, 11 April 2021
Suasana perempuan dan anak-anak di pengungsian banjir bandang NTT.
Suasana perempuan dan anak-anak di pengungsian banjir bandang NTT. BIDAN JORIA PARMIN/NOVA

Parapuan.co - Kawan Puan, hampir seminggu sudah bencana di NTT berlalu.

Bencana banjir bandang yang terjadi di NTT ini tentunya berdampak besar bagi lingkungan.

Terlebih lagi, hampir seluruh daerah di NTT terkena banjir bandang.

Baca Juga: Catat! Ini 3 Hal Utama yang Harus Disiapkan untuk Hadapi Bencana

Tentunya hal tersebut membuat orang-orang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, contohnya saja air bersih.

Salah satu korban bencana dari Kabupaten Rote Ndao, Aurelia Dela Suryatna menyatakan memang setelah terjadi bencana badai, banyak pohon-pohon yang tumbang.

Kondisi jalanan pun cukup penuh dengan adanya batang, ranting, dan daun pohon.

Atap rumah banyak sekali yang terangkat, listrik padam, serta kesulitan untuk berkomunikasi karena tidak adanya jaringan selular.

Dela pun juga menyatakan bahwa hingga saat ini, warga masih banyak yang kesulitan mencari air bersih.

"Padahal sebelum bencana, mengakses air di sini sangat mudah, soalnya banyak rumah sudah menggunakan PDAM. Akses juga bisa didapatkan dari berbagai sumber mata air," tutur Dela.

Sayangnya setelah bencana terjadi, air menjadi keruh dan sempat beberapa hari aliran air PDAM tidak keluar.

Baca Juga: BNPB: Korban Meninggal Bencana NTT 165 Orang, 45 Orang Masih Hilang

"Jadi kami pun mulai mengirit air. Untuk minum pun kita menggunakan galon atau memasak persediaan air sendiri," tambah perempuan berusia 19 tahun ini.

Beruntungnya, berdasarkan informasi yang PARAPUAN dapatkan dari Dela, kondisi sudah semakin membaik dan saat ini sudah mulai pemulihan.

"Sekarang ini kondisi sudah mulai membaik," ujar Dela.

Dalam wawancara ini, Dela turut menyatakan bahwa air PDAM sudah mulai mengalir, hanya saja belum merata ke semua daerah.

"Yang di perkotaan sudah mulai pulih, cuma yang di daerah pelosok benar-benar masih susah," tambahnya.

Warga pun mendapat air dari sumur, yang pastinya kurang bersih karena tercampur dahan, ranting, dan daun pohon yang tumbang.

"Untungnya banyak masyarakat di sini punya penampungan air sendiri-sendiri, jadi tiap rumah masih ada persediaannya, walaupun sedikit," tegas Dela.

Untuk keperluan mandi pun, masyarakat diperbolehkan mandi di gereja atau tempat umum lainnya.

Baca Juga: BNPB Akan Segera Relokasi Pengungsi Bencana NTT ke Tempat Lebih Aman

Apalagi masyarakat yang tinggal di daerah pelosok, pasti banyak yang menggunakan kamar mandi umum untuk mandi, buang hajat, dan kencing.

Berbeda lagi kalau masyarakat yang rumahnya masih dalam keadaan aman, mereka mandi di rumah masing-masing.

Sebagai tambahan informasi, banjir bandang di wilayah NTT yang terjadi pada 4 April 2021 ini merupakan luapan air yang memiliki dampak paling besar selama 10 tahun terakhir.

Mengutip dari Tribunnews.com, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam konferensi pers virtualnya menyatakan data terbaru jumlah korban meninggal dunia akibat bencana sebanyak 174 orang.

Adapun 48 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Selain itu melansir dari Kompas.com, juru bicara Pemerintah Provinsi NTT, Marius Adu Jemalu mengungkapkan bahwa jumlah pengungsi mencapai 24.600 orang.

Mendengar kabar tersebut, rasanya sangat menyayat hati ya, Kawan Puan.

Namun, alangkah baiknya kita jangan terlalu larut dalam kesedihan, mari kerahkan semangat dan dukunganmu bagi korban bencana alam.

Yuk bantu mereka, agar segera bangkit dari kedukaan yang menyelimuti. (*)

Baca Juga: Hatinya Ikut Tersayat, Rossa Serukan Galang Donasi Bantuan untuk NTT, Kawan Puan Pun Bisa Membantu

Sumber: Kompas.com,tribunnews
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

6 Bahan Alami untuk Membantu Mengatasi Masalah Biang Keringat