Dari beberapa percobaan yang sudah dilakukan, alat ini mencapai hasil sebanyak 99,9 persen efektif.
Karena efektif, ini bisa digunakan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dalam mendeteksi gejala stunting pada balita.
Mengetahui hal itu, pihak kampus Unaya memberikan apresiasi atas temuan alat ini karena dinilai memiliki manfaat.
Lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat atau LPPM Unaya juga telah mendaftarkan alat rancangan mahasiswa ini pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual agar bisa dipatenkan dan mendapatkan hak kekayaan atas intelektual.
Baca Juga: Melihat Tindakan Kekerasan Pada Anak? Laporkan Melalui Hotline Berikut
"Saya selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat sendiri mendorong dosen-dosen yang ada di fakultas dan dosen mahasiswa yang ada di fakultas untuk selalu memberikan inovasi-inovasi terbaik dan bisa berguna untuk masyarakat khususnya masyarakat Aceh," kata Lensoni, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unaya.
Terciptanya alat ini tak terlepas dari realita yang dihadapi Nurul.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar indonesia 2018, Aceh menduduki peringkat ketiga tertinggi angka penderita stunting di Indonesia.
Nurul pun bertekad untuk menciptakan alat deteksi stunting yang bisa digunakan dengan mudah tanpa harus mengukur balita secara manual.
(*)