3. Kualitas kerja
Hasil pekerjaan dari orang workaholic tak boleh dicap "buruk atau jelek." Meskipun demikian, apabila dibandingkan dengan pekerja keras, kualitas orang yang workaholic kalah.
Contohnya adalah dalam menyusun laporan keuangan, kedua tipe pekerja ini sama-sama diberi waktu satu minggu.
Walaupun diberi tenggang waktu yang sama, cara keduanya mengerjakan ini berbeda, karena workaholic bisa bekerja lebih dari 10 jam sehari itu.
Maka dari itu bisa disimpulkan bahwa kualitas pekerja keras lebih baik ketimbang workaholic, karena lebih memakan sedikit waktu.
Baca Juga: Penting! Perhatikan 8 Hal Ini Sebelum Kirim Pesan ke HRD Via LinkedIn
4. Batasan dan libur kerja
Seorang workaholic sangat bahagia ketika ia bekerja. Sebab, tanpa pekerjaan ia akan diselimuti kecemasan yang tinggi.
Bahkan saat jadwal libur pun, workaholic lebih suka menghabiskan waktunya untuk bekerja.
Pastinya hal ini sangat berbanding terbalik dengan pekerja keras, karena ia lebih tahu pembagian kapan waktu bekerja dan untuk libur.
Saat libur tiba, pekerja keras akan memanfaatkan waktu untuk bersantai, memanjakan, dan membahagiakan diri sendiri.
5. Keseriusan kerja
Kedua tipe pekerja ini sama-sama punya keseriusan tinggi saat bekerja.
Namun, pekerja keras akan fokus saat jam kerja tiba, agar tugas dapat segera selesai dan maksimal.
Sedangkan keseriusan kerja seorang workaholic biasanya sampai dengan di luar jam kerja.