Parapuan.co - Bulan puasa yang sedang dijalani oleh umat muslim saat ini tentu adalah sebuah momen istimewa.
Setiap umat muslim pasti akan berusaha untuk dapat memenuhi kewajibannya berpuasa.
Walaupun ada pengecualian seperti datang bulan, sakit fisik yang cukup parah, dan kehamilan, namun mereka masih bisa “membayar utang” puasanya kemudian hari.
Lalu bagaimana dengan umat muslim yang memiliki permasalahan kesehatan mental seperti eating disorder?
Baca Juga: Jangan Lakukan! Ini Hal yang Sebaiknya Tidak Kita Sampaikan Kepada Pejuang Eating Disorder
Bagi umat muslim yang dalam masa pemulihan, atau bahkan sedang menderita eating disorder, Ramadan menjadi waktu yang sulit dan menantang.
Berpuasa bisa saja memicu eating disorder untuk kambuh atau memburuk. Kondisi seperti ini berbahaya bagi pola pikir penderita eating disorder.
Alasan mereka berpuasa dapat menjadi sangat bias, antara berpuasa atas nama iman, atau berpuasa karena eating disorder yang mereka idap.
Melansir dari Muslimmentalhealth.com, eating disorder pada umat muslim yang berpuasa menjadi perhatian khusus bagi para psikolog klinis.
Di Turkey, penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pola makan yang tidak sehat pada umat muslim pada bulan puasa dan berlanjut hingga pasca bulan puasa.
Para peneliti menyimpulkan bahwa eating disorder dapat dipicu oleh kebiasaan mereka berpuasa saat bulan Ramadan.
Gejala eating disorder yang dialami oleh remaja pun meningkat saat bulan Ramadan.
Penderita eating disorder cenderung akan melakukan binge eating saat buka puasa dan sahur.
Mereka juga mungkin memuntahkan kembali makanan tersebut karena ada rasa bersalah.
Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Bersyukur Tingkatkan Kesehatan Mental dan Fisik
Solusi yang disarankan psikolog
Para psikolog klinis dan dokter diharapkan memberi bimbingan terhadap pasiennya yang mederita eating disorder dan memilih untuk berpuasa.
Penderita eating disorder dan juga masyarakat luas harus memiliki pemahaman bahwa gangguan mental sama parahnya dengan gangguan fisik.
Pengecualian kewajiban berpuasa dirasa pun berlaku untuk mereka yang menderita gangguan mental, tidak hanya gangguan fisik.
Jika mental mereka tidak siap untuk berpuasa, maka akan jadi berbahaya bagi kesehatan mental mereka.
Para psikolog dan dokter dapat bekerja sama dengan pemuka agama Islam dalam mendampingi pasien yang menderita eating disorder selama bulan puasa.
Melansir dari Youngminds.org.uk, berikut adalah pengingat bagi kamu yang sedang berjuang melawan eating disorder di tengah bulan puasa:
- Kesehatan mental kamu bukanlah cerminan dari iman kamu.
- Penyakit mental adalah alasan yang valid untuk tidak berpuasa, sama seperti penyakit fisik.
- Dengarkan kata hati dan naluri kamu sendiri saat membuat keputusan apakah akan berpuasa atau tidak.
- Jika kamu tidak mampu untuk berpuasa, kamu dapat membangun spiritualitasmu melalui cara lain, seperti amal, pengajian, atau studi Alquran.
- Tidak bisa berpuasa karena kondisi kesehatan mental tidak membuat kamu menjadi muslim yang buruk.
Baca Juga: Jarang Diketahui, Berikut Manfaat Ibadah Puasa untuk Kesehatan Mental
Ramadan adalah waktu untuk kita merenungkan diri sendiri dan membersihkan hati dengan kebaikan.
Ini adalah waktu bagi kamu untuk lebih banyak berbuat baik pada dirimu sendiri.
Jangan takut untuk minta pendampingan dari psikolog, dokter, dan pemuka agama, jika kamu mengalami kebingungan. (*)