Pandangan Kartini Soal Poligami yang Menjadi Polemik hingga Saat Ini

Alessandra Langit - Rabu, 21 April 2021
Ilustrasi Poligami
Ilustrasi Poligami Denis Martynenko, Getty Images/iStockphoto

Parapuan.co - R.A. Kartini adalah tokoh perjuangan emansipasi perempuan Indonesia.

Kartini memperjuangkan kesetaraan perempuan dalam pendidikan, juga hak-hak perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

Kartini menentang banyak aturan saat itu yang merugikan perempuan seperti budaya pingitan, pernikahan anak di bawah umur, serta poligami.

Dalam buku karya Elisabeth Keesing, Betapa Besar Pun Sebuah Sangkar: Hidup, Suratan, dan Karya Kartini (1999), diceritakan tentang kekecewaan Kartini dengan Snouck Hurgronje, penasihat pemerintahan Hindia Belanda dalam urusan agama Islam.

Kartini menilai Snouck tidak pernah tegas soal poligami atau permaduan.

Baca Juga: Rupanya, Ini Alasan Perayaan Hari Kartini Identik dengan Kebaya

Dalam surat-suratnya, Kartini banyak bercerita mengenai perempuan yang terluka akibat diduakan oleh suaminya.

Melansir dari Grid.id, Kartini yang menentang poligami, harus merasakannya karena menikah dengan laki-laki yang sudah beristri, Bupati Rembang, Raden Adipati Djojoningrat.

Sejak kecil, Kartini sudah menyaksikan ibunya, Ngasirah, menjadi korban dari poligami.



REKOMENDASI HARI INI

Jadi Tren Kencan 2024, Ini Tips Sukses Dapat Pasangan di Dating Apps