Akan tetapi, tidak semua orang yang tidur malam selama enam jam itu didiagnosis dengan demensia.
Hanya sekitar 30 persen dari subjek yang tidur enam jam atau kurang didiagnosis demensia hampir tiga dekade kemudian.
Namun, hasil studi tersebut sudah cukup membuktikan bahwa adanya faktor antara tidur di bawah enam jam dengan risiko demensi yang bakal dialami seseorang puluhan tahun kemudian.
"Ini adalah studi yang bagus dalam memberikan bukti kuat bahwa tidur benar-benar merupakan faktor risiko," kata Dr. Kristine Yaffe, seorang profesor neurologi dan psikiatri di University of California, San Francisco.
Baca Juga: Kekurangan Tidur Selama Ramadan Bisa Berdampak Negatif, Ini Kata Ahli!
Tak hanya itu, catatan medis dan data studi pegawai sipil Inggris, Whitehall II, yang dimulai pada pertengahan 1980-an juga membuktikan adanya korelasi antara kurang tidur dengan risiko demensia.
Para peneliti ini mengobservasi 7.959 peserta. Tiap-tiap peserta diminta untuk melaporkan waktu tidur mereka selama bertahun-tahun.
Catatan waktu tidur peserta dilaporkan sebanyak enam kali dalam rentang waktu antara 1985 sampai dengan 2016.
Di akhir penelitian, 521 orang telah didiagnosis dengan demensia pada usia rata-rata 77 tahun. 521 orang ini adalah mereka yang memiliki waktu tidur enam atau kurang.
Tak hanya karena kurang tidur, penelitian tersebut menemukan faktor lain penyebab demensia yang dialami oleh peserta.
Di antaranya adalah merokok, mengonsumsi alkohol, indeks massa tubuh, keaktifan gerak fisik, tingkat konsumsi buah dan sayur, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan kondisi kesehatan yang menyertai.
Namun, tidak disebutkan secara jelas bagaimana faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap waktu tidur seseorang atau bagaimana bisa memicu demensia.