95% dari partisipan juga mengatakan bahwa seorang kenalan perempuanlah pelakunya.
Studi juga mengatakan bahwa perempuan mungkin saja memperkosa laki-laki.
18% pria yang menjadi partisipan survei mengatakan bahwa perempuan menggunakan kekuatan fisiknya untuk mengajak mereka berhubungan seks di luar keinginan mereka.
Trauma yang dirasakan oleh korban laki-laki juga tidak banyak menjadi sorotan, padahal yang mereka rasakan pun sama beratnya dengan korban perempuan.
Melansir dari Kompas.com, korban pemerkosaan yang berjenis kelamin laki-laki seringkali merasa malu dan memandang dirinya rendah.
Stigma sosial bahwa laki-laki seharusnya lebih kuat dari perempuan membuat korban laki-laki menilai seharusnya mereka cukup kuat untuk melawan pelaku.
Beberapa laki-laki yang mengalami ereksi dan ejakulasi saat pemerkosaan terjadi merasa bahwa mereka tidak punya kontrol akan tubuh mereka sendiri.
Baca Juga: Heboh di Media Sosial Modus Pelecehan di Toilet Perempuan, Kenali Ini 5 Jenis Pelecehan Seksual
Respons fisiologis tersebut tidak menyiratkan bahwa korban menginginkan atau menikmati pemerkosaan tersebut.
Maka, korban laki-laki pun harus mendapat bantuan dari orang-orang terdekat dan profesional untuk membimbingnya dalam memproses kejadian tersebut.
Masyarakat juga harus belajar untuk tidak menghakimi korban laki-laki dan merendahkan mereka.
Pelecehan seksual bisa terjadi kepada siapa saja dan di mana saja, tidak ada fakta yang mengatakan bahwa hanya perempuan yang menjadi korban pemerkosaan.
Maka, kita harus membuka mata kita dan ulurkan tangan untuk para korban kekerasan seksual, apa pun gendernya. (*)